Penelitian ini diharapkan/punya tujuan antara lain dapat memberikan kontribusi signifikan pada pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDG 2 (Zero Hunger) yang mendukung ketahanan pangan global, dan SDG 13 (Climate Action) yang menangani dampak perubahan iklim.
“Dengan riset ini, sistem irigasi yang cerdas dan adaptif diharapkan dapat menjadi solusi nyata untuk menjaga keberlanjutan produksi pangan pada masa depan,” tandas Chandra.
Dalam suatu kesempatan, Guru Besar bidang Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian UGM, Prof. Subejo, S.P., M.P., Ph.D. pernah pula menegaskan, infrastruktur irigasi salah satu hal yang sangat menentukan bagi petani bisa menanam komoditas pertanian dengan baik atau tidak.
Baca Juga: Balap Liar Ganggu Kenyamanan Warga, Polsek Gamping Amankan Sejumlah Remaja
Pasalnya, berdasarkan data indeks pertanaman untuk padi masih kurang dari 1,5 yang berarti lahan-lahan padi secara nasional baru ditanami 1,5 kali dalam setahun.
Hal ini disebabkan terutama karena ketersediaan air yang masih sangat terbatas. Sehingga, sangat penting pembangunan infrastruktur skala besar dan menengah yang ada di lintas provinsi.
“Demikian pula, provinsi dan kabupaten maupun irigasi mikro di desa-desa mendapat prioritas pembangunan dan revitalisasi, maka potensi untuk meningkatkan indeks pertanaman menjadi sangat besar,” tegasnya.*