Ditambahkan Agus, sebagian besar kasus Mpox terjadi pada pria usia 31-40 tahun, terutama mereka yang menjalani hubungan seksual berganti pasangan atau hubungan sesama jenis.
Pasalnya, karena luka awal sering terjadi di bagian anal. Atau sekitar 84,3% kasus terjadi pada pria yang berhubungan seksual dengan pria, sementara 6,5% berasal dari pasien biseksual.
Adapun perawatan utama bagi penderita/pasien Mpox, sebut dr Agus, yakni dengan perawatan suportif, seperti dukungan nutrisi dan obat-obatan untuk mengatasi demam dan nyeri.
Selain itu juga obat antivirus seperti tecovirimat dan brincidovir, yang masih dalam tahap penelitian. Meskipun aksesibilitas obat di wilayah endemis masih menjadi tantangan, kerja sama global sangat diperlukan.
Tak kalah penting, tandasnya, guna mencegahnya, antara lain menghindari kontak dengan bahan apapun seperti tempat tidur yang pernah bersentuhan dengan hewan yang sakit.
Baca Juga: Lomba Derkuku Piala Raja HB Cup 2024 Sukses Digelar di Alkid, Berikut Daftar Lengkap Jawaranya
Selain itu cuci tangan setelah kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi, dan menggunakan APD saat merawat pasien yang terinfeksi dan praktik seks yang aman.
“Juga pemberian vaksin bagi kelompok beresiko termasuk LSL dan ODHIV, juga memasak daging dengan benar dan matang dapat menjadi langkah pencegahan Mpox,” urai dr Agus.*