“Mungkin terdapat beberapa perbedaan dalam metode pengolahan sampah antara Indonesia dengan Singapura. Kami ingin belajar pengolahan sampah terutama sampah organik di Indonesia,” terangnya.
Diharapkan pula oleh Handojo, setelah pelaksanaan KKN LeX, para peserta dapat menemukan solusi untuk pengembangan metode pengolahan sampah.
Adapun jumlah mahasiswa KKN LeX dari Singapore Polytechnic ada 30 peserta dari berbagai program studi. Tak kalah penting, setiap mahasiswa peserta KKN tersebut akan memperoleh banyak pengalaman dan pembelajaran untuk terus berinovasi.
Ditambahkan pula oleh Rudy, program KKN LeX telah berjalan sejak 2013 silam. Setiap tahunnya selalu mengedepankan teknik metodologi dalam menciptakan inovasi sebagai hasil setelah melakukan pengabdian di masyarakat.
Baca Juga: Inilah nasib dua pejabat di Pati, akibat ketahuan ganggu perempuan
Adapun KKN LeX pada tahun ini akan dilaksanakan di Selopamioro, Bantul. Kegiatan pentingnya, selain pengolahan sampah, ada pula seputar manajemen bisnis masyarakat desa, eco-tourism hingga peternakan kambing.
“Kolaborasi yang melibatkan instansi antar negara, misalnya KKN LeX hasil kerja sama UMY dan Singapore Polytechnic punya peran penting, misalnya menciptakan pembangunan berkelanjutan,” tegasnya. *