YOGYA, harianmerapi.com - Pemerintah Kota Yogyakarta menggerakkan Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta dengan Menjaga Keamanan Siber (Segoro Amarto Gaman Siber) untuk menangkis informasi hoaks dan konten negatif di internet.
Gerakan itu mendasarkan prinsip gotong royong masyarakat dalam menyaring dan membagikan informasi dari dunia internet atau siber, terutama media sosial.
“Dengan Segoro Amarto Gaman Siber harapannya menjadikan segala sesuatu yang bersifat informasi di media sosial harus didorong semangat gotong royong sehingga bisa menjaga keamanan siber,” kata Wakil Walikota Yogyakarta Heroe Poerwadi dalam seminar bertajuk Segoro Amarto Gaman Siber secara daring di Balaikota Yogyakarta, Rabu (25/8/2021).
Baca Juga: 1.300 Hoaks Soal Vaksin Covid-19 Bertebaran di Medsos, Masyarakat Harus Cek Informasi
Heroe menyampaikan Gaman Siber berasal dari kata gaman dalam Bahasa Jawa yang berarti senjata. Semangat gotong royong dinilainya sudah terbukti saat masyarakat dulu menghadapi penjajah. Gotong royong diharapkan menjadi cara menghadapi banjirnya berbagai informasi yang bisa membuat orang kebingungan. Dicontohkan semangat gotong royong itu misalnya saat mendapatkan informasi dapat mengkonfirmasi dengan teman-teman sekitar terkait kebenarannya.
“Pencarian kebenaran inilah yang harus dibagi dalam gotong royong. Jadi harapan kami dengan Segoro Amarto Gaman Siber ini mampu menjadikan kekuatan daya tahan atau ketahanan nasional atau ketahanan wilayah dalam menghadapi serbuan berbagai macam informasi. Adanya kegotongroyongan kita tidak mudah tersulut oleh suatu informasi yang tidak jelas,” terangnya.
Baca Juga: Takut Divaksin Gara-gara Percaya Hoaks di Media Sosial
Menurutnya dampak hoaks bisa berakibat fatal. Dicontohkan beredar hoaks terkait Covid-19 dan vaksin sehingga membuat sebagian orang tidak mau divaksin karena termakan informasi atau berita yang tidak terkonfirmasi. Dampaknya orang itu belum divaksin, abai protokol kesehatan dan saat terkena kondisinya parah dan bisa meninggal.
“Di Yogya punya jaringan sistem informasi. Misalnya lewat WA grup lurah, ketua LPMK dan RT/RW. Dalam grup itu informasi yang masuk dikonfirmasi dan disaring. Perlu ada key person untuk mencarikan kebenaranya,” papar Heroe.
Pihaknya juga menyoroti terkait keamanan aset data pribadi di dunia siber. Misalnya akun media sosial yang dipalsukan rentan disalahgunakan. Oleh sebab itu masyarakat diharapkan waspada terhadap siapa yang diajak berkomunikasi dan saat transaksi menggunakan internet.
Sementara itu Sekretaris Utama Sekretaris Utama Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Syahrul Mubarak menyebut pengguna internet di Indonesia mencapai 202 juta atau lebih dari 60 persen, ada 170 juta pengguna media sosial dan 345 pengguna smartphone. Dia mengatakan hal itu menjadi kekuatan sekaligus ancaman, sehingga masyarakat diharapkan tidak langsung percaya dengan terhadap hal-hal yang beredar di media sosial tanpa klarifikasi dan disaring.
“Segoro Amarto Gaman Siber dari Pemkot Yogyakarta sangat relevan dengan prinsip- prinsip menjaga ranah siber Indonesia. Oleh sebab itu BSSN menggandeng Pemkot Yogyakarta untuk berkolaborasi mengedukasi masyarakat dalam menghadapi gempuran hoaks,” ucap Syahrul.