"Malaise yang terjadi tahun 1931-1935 yang melanda dunia berpengaruh pada perusahaan pertanian asing di Yogya, termasuk pabrik gula Sewu Galur dan Pundong," terangnya.
Sepinya aktifitas perdagangan hasil pabrik itu diperparah dengan pembongkaran rel-rel yang terjadi pada masa pendudukan Jepang sebelum tahun 1945.
Sehingga berakhirlah jalur kereta api jurusan Yogya-Pundong dan Palbapang-Sewu Galur.
Ditambah lagi pada pendudukan tentara Belanda (Clash II) pada tahun 1948/1949, untuk menghalangi perjalanan tentara Belanda, rakyat mengubah fungsi tanah-tanah yang semula digunakan untuk jalan kereta api.
"Gedung-gedung bangunan yang dahulu digunakan sebagai stasiun turut serta dihancurkan," sebutnya.
Nugroho mengatakan semakin berkembang kemudian terjadi pengalihan fungsi gedung stasiun tersebut. Pada bulan Juli 1990 Stasiun Palbapang beralih fungsi menjadi Terminal Palbapang Bantul untuk bus antar kota-antar provinsi hingga sekarang.
Perubahan tersebut ditandai dengan prasasti yang terpasang di dinding sisi utara bangunan stasiun.
"Beberapa sarana yang masih dapat ditemukan antara lain bangunan stasiun toilet. Selain itu, gudang bahan bakar dan alat-alat, rumah dinas serta sisa jalur rel," ucapnya. *