Oleh karena itu, kata dia, dibutuhkan kerja keras, karena jika PPP kehilangan satu atau dua saja kursi di DPR, maka Pemilu 2024 akan menjadi Pemilu perpisahan bagi PPP dari jajaran elit partai Senayan.
Suara Kader
Sementara itu, Pengamat politik dari Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan, akan sulit untuk menerka arah politik Plt. Ketua Umum DPP PPP Mardiono dalam membangun koalisi. Pasalnya, sebagai ketua baru, pasti besar harapan kader PPP untuk didengar aspirasi mereka.
“Belum tentu juga bahwa bergabungnya PPP ke KIB, punya dukungan kuat kader di bawah. Jangan-jangan itu batu loncatan kenapa kemudian Suharso itu di-impech. Bisa jadi karena Suharso banyak mengambil keputusan personal, salah satunya tidak melibatkan kader,” ungkap Dedi.
Baik Suharso maupun Mardiono, kata Dedi, sama-sama berada di lingkaran elit, yang tidak dekat masa akar rumpun. Namun sebagai Plt. Ketum baru, pasti banyak harapan kader PPP untuk lebih didengar
“Kalau kemudian itu terjadi, maka Mardiono mau tidak mau harus ikut keinginan kader PPP, dan keinginan itu sudah pasti berlawanan dengan apa yang diinginkan Suharso,” sebut Dedi.
Baca Juga: Fadli Zon sebut subsidi BBM membebani APBN itu narasi sesat, penjelasannya begini
Sosok bekas Ketum PPP, Suharso Monoarfa sendiri dikenal dekat dengan petinggi parpol KIB lain seperti Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto maupun Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan.
“Tetapi kalau dilihat kapasitas Mardiono dan Suharso, artinya PAN dengan Golkar mungkin sudah lebih nyaman dengan Suharso dibanding dengan kepemimpinan yang baru,” sebut Dedi.
Namun dalam kesempatan lain, Mardiono menyampaikan komitmennya untuk tetap berada di KIB. “Saya ada di situ, sudah tentu apa yang menjadi pergantian kepemimpinan di PPP ini tentu tidak akan mempengaruhi KIB itu,” kata Dedi.
Dengan Plt. Ketum yang baru, ditambah suara kader atau akar rumput, Dedi melihat ada kemungkinan PPP keluar dan mencari koalisi baru. “ Mungkin PPP bisa saja akan keluar dari KIB dan menggalang koalisi yang baru, ditambah KIB tidak memiliki tokoh pengaruh dan menjadi simbol untuk merekatkan mereka bertiga,” tandas Dedi.*