Katio (53), pendatang yang sudah 8 tahun tinggal di Janti saat ditanya apakah sering terjadi kecelakaan. "Gak mesti mbak," jawabnya. "Pernah denger ada yang janji dan ngomong mau dibuat terowongan," ujarnya.
Budi (33) warga Janti, seorang ibu rumah tangga terlihat membawa anaknya. "Ini anak mau lihat kereta api. Kalau ada kepentingan ya nyebrang, ada yang jual angringan parkir di sini (sambil menunjuk bagian palang)."
Saat ditanya harapan, ia menjawab "Kalau dibuka juga bahaya, gak terus aman juga, ditutup juga gimana, saya gak yakin. Awal-awal memang ada gerobag yang naik ke atas flyover, namun sekarang sudah menyesuaikan kok."
Edi (30), pedagang dari Gunungkidul mengatakan gerobag dagangan biasa ditinggal di tempat. "Barang diusungi (dibawa) saja,". Ketika ditanya harapan yang diinginkan terkait penutupan palang kereta api, ia menjawab, "Biar gak bahaya gimana ya."
Madyo (55), pedangan angkringan yang memarkirkan sepeda di palang penutup menceritakan ada yang kesrempet kereta api beberapa hari lalu. "Sepeda hancur mbak, dibawa ke rumah sakit, sekarang udah meninggal,". Ketika ditanya harapan ke depan, ia menambahkan "Mboten onten, disik rencane jare Lempuyangan riyen tapi kok malah riki,". imbuhnya. (Tidak ada, dulu katanya Lempuyangan dulu yang mau ditutup, kok di sini duluan). (C-4)