Selain itu, Kulon Progo juga memiliki hutan mangrove di Kadilangu, tempat wisata religi di Sendangsono, bandara YIA sebagai salah satu proyek strategis nasional serta pelabuhan di Karangwuni yang saat ini masih menjadi pelabuhan impian.
"Yang perlu dilakukan adalah bagaimana mendatangkan kemasan atau menjual paket-paket wisata sesuai tren masa kini. Tentu saja, harus disertai dengan pembenahan sistem, sarana dan prasarana serta SDMnya," jelas Akhid.
Hal senada diungkapkan Ketua Komisi III DPRD Kulon Progo, Nur Eni Rahayu. Kerjasama dengan pihak ketiga atau swasta menurutnya sangat mungkin dilakukan demi mewujudkan kemajuan pariwisata di Kulon Progo.
Terlebih saat ini, sudah ada penawaran-penawaran dari sejumlah perusahaan terkait pengembangan pariwisata Kulon Progo.
Baca Juga: Kerja Sama UMY dengan Transjakarta wujudkan transportasi Indonesia lebih baik dan maju
"Kita perlu membuat sebuah objek wisata yang fenomenal di Kulon Progo, yang bisa diakui keberadaannya sebagai ikon daerah ini. Objek wisata fenomenal akan menjadi batu loncatan bagi Kulon Progo untuk memajukan sektor wisata karena lebih mudah untuk dipromosikan kepada wisatawan," ucapnya.
Namun dalam perwujudannya, menurut Eni, dibutuhkan infrastruktur dan akomodasi yang memadai. Di antaranya akses jalan yang mudah menuju objek wisata fenomenal serta keberadaan hotel dan homestay yang siap digunakan untuk mendukung lama tinggal wisatawan.
Di sisi lain, konektivitas Kulon Progo dengan Borobudur harus segera diwujudkan melalui program Bedah Menoreh.
Baca Juga: Hindari kejahatan phising, warganet diminta seleksi informasi, jangan gampang percaya iklan
Hal ini sesuai dengan impian Gubernur DIY, Sri Sultan HB X, tentang bagaimana membuat wisatawan bisa melihat Borobudur dari Kulon Progo. *
