JAKARTA, harianmerapi.com - Pemerintah sedang berupaya menyediakan payung hukum yang adaptif bagi para pengguna platform telemedisin yang belakangan ini banyak dibicarakan masyarakat.
Pemerintah berusaha agar tidak ada pihak yang dirugikan dalam penggunaan praltform telemedisin.
Hal tersebut disampaikan Deputi II Kantor Staf Presiden Abetnego Tarigan dalam siaran pers di Jakarta, Senin (14/2/2022).
Baca Juga: Ketua Satgas Covid-19 IDI: Indonesia Belum Capai Puncak, Belum Waktunya Berdamai dengan Covid-19
Dia menekankan KSP siap mendukung Kementerian Kesehatan dan kementerian/lembaga lain dalam menjawab kebutuhan regulasi bagi layanan telemedisin dan memastikan tidak ada celah regulasi yang merugikan.
“Kebutuhan perlindungan hukum akan semakin tinggi seiring dengan penggunaan telemedisin itu sendiri. Jika nanti ada kasus etik, malpraktik, fraud, moral hazard dan semacamnya baik dari sisi pasien atau pun dokter, kita sudah siap untuk mengatasinya. Ini masih jadi PR pemerintah juga untuk mempelajari lebih detil, potensi-potensi masalah yang akan terjadi,” kata Abetnego.
Abetnego menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo memberikan perhatian besar terhadap perkembangan telemedisin yang menjadi pivot penting dalam pelayanan kesehatan, khususnya terkait Covid-19.
Baca Juga: Nonton Bareng Kerudung Truntum Sang Dalang di Bioskop Sonobudoyo Berhadiah Minyak Goreng
“Pemerintah akan membuat smart regulation dalam mengimbangi perkembangan teknologi dan inovasi yang begitu cepat. Pelayanan kesehatan melalui telemedisin pada dasarnya berbasis internet dan harus memiliki regulasi yang baik. Untuk itu, harus didukung dengan ketersediaan infrastruktur dasar yang memadai,” jelasnya.
Dia mengatakan penyelenggaraan telemedisin tertuang dalam Permenkes 20/2019 dan Kepmenkes 01.07 tahun 2021. KSP sendiri menilai masih terdapat celah regulasi yang seharusnya bisa direspon untuk memastikan agar pelayanan telemedisin dapat berjalan lebih optimal.
Beberapa celah regulasi tersebut mencakup jaminan perlindungan data privat, kerahasiaan rekam medis yang terintegrasi antar fasilitas kesehatan (faskes), dan perlindungan hukum, khususnya bagi tenaga medis yang memberikan pelayanan.
Baca Juga: BPOM Beri Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik Perdana Vaksin Merah Putih, Ini Karya Anak Bangsa
Sejalan dengan Abetnego, perwakilan Ditjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Rico Mardiansyah dalam acara webinar bersama The United Nations Development Programme (UNDP), Sabtu (12/2), juga menekankan pentingnya regulasi terkait penyelenggaraan telemedisin.