JOGJA, harianmerapi.com - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY Pembajun Setianingastutie mengatakan capaian vaksinasi Covid-19 di DIY sangat baik yakni di atas 85 persen.
"Catatan terakhir dosis pertama 97 persen, dosis kedua 85,68 persen gapnya tinggal sedikit tinggal 12 persen. 12 persen ini biasanya penyintas, pada saat kondisi dia (akan) dapat dosis 2 (tapi) kondisi tidak bagus (sehingga belum divaksin dosis 2)," jelasnya, Senin (6/12/2021).
Pembajun menyebut herd immunity atau kekebalan kelompok secara teori sudah bisa terbentuk apabila capaian vaksinasi di suatu wilayah sudah 85 persen.
"Kalau kita berdasarkan teori yang ada, kalau imunisasi sudah 85 persen harusnya terjadi herd imunity. Cuma herd imunity itu pada wilayah tertentu atau satu wilayah," ujarnya.
Baca Juga: Sebelum Meninggal, Novia Widyasari Sempat Kirim Pesan ke Laura Anna, Isinya Begini
Meski capaian vaksinasi sudah bagus dan dimungkinkan herd immunity bisa tercapai, mobilitas warga tetap harus dievaluasi mengingat banyaknya orang keluar masuk Jogja.
"Yang perlu dievaluasi sekarang adalah tingkat mobilitas orang yang bisa jadi bukan dari DIY, mobilisasi sekarang kan cepat banyak, banyak tamu yang datang (masuk Jogja)," jelasnya.
Di sisi lain, Pembajun menekankan vaksinasi Covid-19 tidak lantas dijadikan satu-satunya solusi bahwa permasalahan pademi telah selesai. Dia menegaskan protokol kesehatan harus tetap dilakukan secara disiplin.
Baca Juga: Pemkab Sleman Salurkan Bantuan Sosial untuk Lansia dan Anak Telantar
"Imuniasasi vaksinasi jangan dianggap selesai tetap harus prokes (protokol kesehatan) dijaga. Mohon maaf kalau ada kumpulan gak pakai masker itu kan jadi masalah juga," imbuhnya.
Sementara itu, Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana mengatakan kebijakan menaikkan PPKM saat libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) ialah langkah bijak untuk menekan laju persebaran Covid-19.
"Kita memahami kebijakan pengetatan tersebut sebagai langkah hati-hati dan antisipatif agar tidak terjadi lonjakan kasus sebagaimana berbagai peristiwa pasca liburan dua tahun ini,'' ujarnya.
Menurutnya, lebih baik dilakukan pengetatan 1-2 pekan tapi ekonomi tetap berjalan dan membaik daripada terjadi lonjakan kasus Covid-19 seperti tahun lalu.
"Jika terjadi lonjakan kasus ekonomi akan terhenti lagi dalam jangka waktu lama, belum lagi kemungkinan terjadi korban sebagaimana tragedi juni sampai dengan agustus kemarin," imbuhnya.