Terkait Pendarahan Otak Tukul Arwana, Masyarakat Perlu Kendalikan Faktor Risiko Agar Tak Terkena Stroke

photo author
- Jumat, 24 September 2021 | 13:53 WIB
 Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, dr. Mursyid Bustami, Sp.S (K), KIC, MARS, berbicara dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat (24/9/2021).  (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)
Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta, dr. Mursyid Bustami, Sp.S (K), KIC, MARS, berbicara dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat (24/9/2021). (ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak)

JAKARTA, harianmerapi.com - Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta dr. Mursyid Bustami, Sp.S (K), KIC, MARS menyatakan agar tidak terkena stroke, perlu mengendalikan faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena stroke.

Hal tersebut disampaikan dr Mursyid Bustami dalam konferensi pers virtual di Jakarta, Jumat (24/9/2021), menyusul kasus pendarahan otak yang dialami pelawan Tukul Arwana.
"Kita mencegah jangan sampai terkena stroke dengan mengendalikan faktor risiko. Kalau sudah terkena stroke tidak ada waktu lagi, kecuali segera ke rumah sakit," kata

 

Mursyid menuturkan stroke merupakan salah satu permasalahan kesehatan utama di Indonesia dengan tingkat kematian tinggi. Tingkat kejadian stroke makin lama makin meningkat tiap tahun.

Baca Juga: Wakil Ketua MPR Minta Pemerintah Evaluasi Pelaksanaan PTM Guna Cegah Klaster Covid-19

Secara umum, stroke terbagi dua macam, yakni stroke penyumbatan pembuluh darah dan stroke pendarahan (stoke hemoragik).

Persentase stroke pendarahan dari total kejadian stroke hanya sekitar 20 persen, bahkan ada beberapa kepustakaan di negara lain mencatat hanya 15 persen. Mayoritas kejadian adalah stroke penyumbatan pembuluh darah.

Sementara 70 persen pasien dengan stroke pendarahan mengeluh sakit kepala, dan 60 persen pasien diikuti dengan penurunan kesadaran, penurunan gerak tubuh, dan kejang.

Baca Juga: Mudahkan Jurnalis Liputan, Kominfo Siapkan Pusat Informasi PON XX Papua

Mursyid mengatakan stroke merupakan penyakit yang memiliki faktor yang mendasari, yakni faktor risiko yang berkaitan dengan kondisi kesehatan atau kondisi tubuh lain yang berpotensi untuk terjadinya stroke.

Menurut dia, ada faktor risiko yang bisa dikendalikan dan yang tidak bisa dikendalikan.

Faktor risiko yang tidak bisa dikendalikan, antara lain usia. Makin bertambah usia, makin besar terkena risiko stroke. Sementara di Amerika, kemungkinan kulit hitam terkena stroke lebih besar dibanding kulit putih.

Baca Juga: Kivlan Zen Divonis 4 Bulan 15 Hari Terkait Kepemilikan Senjata Api Ilegal

Faktor risiko yang bisa dikendalikan, antara lain hipertensi, diabetes, gangguan irama jantung, kolesterol tinggi, kegemukan, kurang berolahraga, dan pola hidup tidak sehat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Ada jaksa yang ditangkap dalam OTT KPK di Banten

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:15 WIB
X