HARIAN MERAPI - Masyarakat Sleman kini sedikit lega setelah Pemerintah Kabupaten Sleman secara resmi memanfaatkan Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPSS) untuk mengatasi sampah yang baru-baru ini menjadi permasalahan.
TPSS yang ada di Padukuhan Kebon, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Sleman sudah mulai dapat digunakan pada 7 Agustus 2023.
Pemanfaatan TPSS Tamanmartani ini sebagai upaya menampung sampah dari masyarakat Sleman menyusul ditutupnya Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan selama 45 hari yaitu sejak 23 Juli hingga 5 September 2023.
Baca Juga: TPA Piyungan tutup, Pemkab Bantul bentuk Satgas Darurat Sampah hingga kelurahan
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo saat meninjau awal pemanfaatan TPSS Tamanmartani menjelaskan, lokasi tersebut akan dioperasikan selama 45 hari ke depan.
“TPSS kita rencanakan hanya beroperasi maksimal 45 hari. Untuk selanjutnya, sampah kita tampung ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) juga di Tamanmartani yang saat ini pembangunannya sudah hampir selesai,” katanya.
Dijelaskan Kustini, TPSS yang digunakan merupakan tanah kas desa dengan total seluas 3.000 meter persegi. Sedangkan lokasi yang khusus untuk menampung sampah dibuat menyerupai kolam dengan ukuran 30 kali 50 meter, kedalaman 2,5 meter.
Baca Juga: Kelola Sampah Organik dengan Biopori, Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta Galakkan Gerakan Mbah Dirjo
Agar air lindi tidak meresap dan mencemari tanah, kolam tersebut dilapisi geomembran. Selain itu, sampah yang baru saja diturunkan dari truk langsung disemprot dengan ecolindi untuk mengurangi bau.
"Kita kerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup kabupaten Sidoarjo untuk pembuatan ecolindi. Saat ini telah dipersiapkan 4.000 liter," ungkapnya.
Menurut Kustini, TPSS Tamanmartani ini nantinya dalam satu hari akan menampung 50 ton sampah atau setara 10 truk.
Baca Juga: Buang sampah di Kota Jogja ibarat buang hajat, begini fenomenanya
Meskipun TPSS ini dibuat khusus untuk menampung sampah dari Sleman, namun diberlakukan skala prioritas untuk menggunakan TPSS ini. Yakni paling banyak dari Kapanewon Depok, Mlati, Ngaglik, sebagian Kalasan, Sleman, Gamping.
“Untuk kapanewon lain, seperti Minggir, Cangkringan, Turi dan beberapa kapanewon lain, mereka sudah mulai mandiri dengan mengolah, ada pula yang memisahkan antara organik dan anorganik,” ujarnya.
Meski sudah ada TPSS, Kustini berharap, masyarakat juga ikut berpartisipasi dalam pengelolaan sampah. Caranya dengan memilah sampah sejak dari rumah atau diolah secara mandiri.