yogyakarta

Mengenal 'Mbah Dirjo' gerakan mengurangi sampah ala Jogja

Minggu, 6 Agustus 2023 | 13:55 WIB
Arsip. PJ Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo bersama Sekda Kota, Aman Yuriadijaya melihat pengelolaan sampah organik melalui biopori di Bank Sampah Giwangan Bersih RW 11 Mendungan Giwangan, Sabtu (29/7/2023). (Foto: Humas Pemkot Yogyakarta)

HARIAN MERAPI - Penutupan TPA Piyungan yang terjadi bebrapa waktu lalu hingga 5 September mendatang cukup merepotkan masyarakat, termasuk Pemerintah Kota Yogyakarta.

Oleh karena itu, Pemerintah Kota Yogyakarta menggagas gerakan mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja atau "Mbah Dirjo" untuk mengurangi sampah di wilayahnya.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo mengatakan bahwa gerakan "Mbah Dirjo" digiatkan menyusul kondisi darurat sampah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang ditandai dengan penutupan sementara TPA Regional Piyungan karena sampahnya sudah melampaui daya tampung.

Baca Juga: Batik Air buka kepakkan sayap, buka rute baru ke Chennai mulai pertengahan Agustus, ini info lengkapnya

"Saya berharap masyarakat akan mengikuti gerakan ini, karena ini menjadi tanggung jawab kita bersama untuk pengelolaan sampah, baik yang organik maupun yang anorganik," katanya sebagaimana dikutip dalam siaran pers pemerintah daerah di Yogyakarta, Minggu (6/8/2023).

Singgih mengatakan bahwa pembuatan biopori bisa menjadi salah satu solusi penanganan sampah organik di tingkat rumah tangga.

"Prinsip biopori adalah membuat kompos. Biopori ini ukurannya macam-macam. Dari lahan seluas satu konblok atau 20 cm pun bisa. Tinggal dilubangi, kemudian ditanam paralon, cukup simpel," katanya.

Baca Juga: Gelombang tinggi hingga empat meter berpotensi terjadi pada 6-7 Agustus, masyarakat pesisir diminta waspada

"Dari 20 cm bisa cukup untuk satu bulan sampah. Yang benar-benar tidak punya lahan, bisa kolektif," ia menambahkan.

Ia mengemukakan bahwa warga bisa membuat biopori menggunakan pipa paralon yang diberi lubang-lubang kemudian ditanam dengan kedalaman sekitar 80 cm.

Biopori dengan ukuran yang lebih besar bisa dibuat menggunakan dua ember bekas cat ukuran 25 kilogram yang ditumpuk dan ditanam sebagian.

Warga juga bisa membuat biopori berukuran besar untuk digunakan secara kolektif.

Baca Juga: Gelombang tinggi hingga empat meter berpotensi terjadi pada 6-7 Agustus, masyarakat pesisir diminta waspada

Singgih mengatakan bahwa gerakan "Mbah Dirjo" sudah dijalankan di sejumlah daerah, termasuk Kampung Balapan, Klitren, Yogyakarta, yang hampir seluruh warganya punya sarana pengolahan sampah mandiri dengan metode biopori.

Ia menyampaikan, gerakan "Mbah Dirjo" ditargetkan dapat mengurangi sampah organik hingga 60 ton per hari atau sekitar 30 persen dari timbulan sampah di Kota Yogyakarta yang sekitar 200 ton per hari.

Halaman:

Tags

Terkini