yogyakarta

Kelola Sampah Organik dengan Biopori, Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta Galakkan Gerakan Mbah Dirjo

Selasa, 1 Agustus 2023 | 08:20 WIB
PJ Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo bersama Sekda Kota, Aman Yuriadijaya melihat pengelolaan sampah organik melalui biopori di Bank Sampah Giwangan Bersih RW 11 Mendungan Giwangan, Sabtu (29/7/2023). (Foto: Humas Pemkot Yogyakarta)

HARIAN MERAPI - Pemerintah Kota Yogyakarta bersama Forum Bank Sampah (FBS) Kota Yogyakarta menggalakkan gerakan 'Mbah Dirjo'.

Mbah Dirjo atau Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja merupakan gerakan untuk mengajak masyarakat agar mengelola sampah organik melalui biopori secara mandiri di tingkat rumah tangga atau komunal, menggunakan biopori jumbo.

Sekda Kota Yogyakarta sekaligus Ketua FBS Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya menuturkan, untuk menekan produksi sampah secara keseluruhan, pihaknya tidak bisa berpuas diri meski pengelolaan limbah anorganik telah membuahkan hasil.

Baca Juga: Update Pembangunan Tol Yogyakarta-Kulon Progo, Pemda DIY Terbitkan IPL

"Sehingga pengelolaan sampah organik pun mendesak untuk digulirkan secara massal oleh warga masyarakat di Kota Yogya mulai dari level rumah tangga," katanya di Bank Sampah Giwangan Bersih RW 11 Mendungan Giwangan, Sabtu (29/7/2023).

Aman menuturkan gerakan Mbah Dirjo dipilih agar pengurangan sampah organik bisa di olah langsung dari sumbernya.

“Gerakan ini juga untuk melihat perubahan perilaku masyarakat. Ketika dulu sampah organik di rumah tidak diapa-apakan lalu bisa masuk ke biopori. Jika satu rumah tangga memiliki satu atau dua biopori dan menjadi suatu hal yang sifatnya gerakan dan pembudayaan, itu akan berdampak luar biasa,” terangnya seperti dilansir dari Wartajogjakota.

Baca Juga: Mampu Tampung 260 Ton Sampah Perhari, Sleman Diperintahkan Kelola Sampah Secara Mandiri di TPST Tamanmartani

Aman menegaskan, seluruh bank sampah yang ada di Kota Yogya sudah siap dengan gerakan tersebut. "614 bank sampah di Kota Yogya yang berbasis RW ini sudah menerapkan biopori atau gerakan Mbah Dirjo dalam upaya mengurangi sampah organik," ujarnya.

Untuk besaran biopori ini dibagi menjadi tiga, yakni biopori jumbo yang besarnya 1 meter persegi, medium 0,5 meter persegi, dan kecil.

"Ini bisa disesuaikan dengan lahan yang dimiliki oleh tiap-tiap rumah warga," ungkapnya.

Baca Juga: Festival Teater Antarkapanewon se-Kabupaten Bantul 2023, Teater Belang Pentaskan Lakon 'Lurah'

Aman mengungkapkan hasil olahan sampah organik juga dapat memberi berbagai manfaat, salah satunya bisa dimanfaatkan untuk pertanian.

"Hasil dari pengolahan sampah organik itu kan bisa jadi pupuk dan dapat dimanfaatkan untuk pertanian. Sehingga, tidak begitu saja dibuang ke TPA Piyungan, karena bisa diolah," tambahnnya.

Pihaknya berharap dengan adanya gerakan ini dapat mengurangi jumlah sampah organik yang dibuang ke TPA Piyungan sekitar 20 ton perhari. *

Halaman:

Tags

Terkini