solo

17 desa di Sukoharjo masuk tingkat kerawanan tinggi kekeringan

Minggu, 2 Juli 2023 | 14:35 WIB
Ilustrasi- Krisis air bersih di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada musim kemarau. Pemerintah berusaha mencari sumber air baku dari sungai-sungai bawah tanah untuk mengatasi kesulitan mendapatkan air saat musim kering. (ANTARA/Sigid Kurniawan)

HARIAN MERAPI - Sebanyak 17 desa di tiga kecamatan masuk kategori tingkat kerawanan tinggi kekeringan saat musim kemarau. Akibatnya warga terancam kekurangan air bersih karena sumur mengering.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Minggu (2/7/2023) mengatakan, sebanyak 17 desa dengan tingkat rawan kekeringan tinggi saat musim kemarau berada di tiga kecamatan di wilayah selatan Kabupaten Sukoharjo meliputi Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu.

Kekeringan terjadi rutin saat musim kemarau setiap tahun. Hal tersebut terjadi karena karakteristik geografis wilayah berupa perbukitan kering. Cuaca panas berdampak pada kondisi sumur warga mengalami penurunan debit air drastis.

Data BPBD Sukoharjo diketahui wilayah rawan kekeringan tinggi di Kecamatan Weru meliputi Desa Karangtengah, Desa Karangwuni, Desa Krajan, Desa Jatingarang, Desa Karanganyar, Desa Alasombo, Desa Karangmojo, Desa Weru, Desa Karakan, Desa Tegalsari, Desa Tawang dan Desa Ngreco. Wilayah Kecamatan Bulu kerawanan kekeringan tinggi di Desa Kamal, Desa Kunden, Desa Puron.

Baca Juga: Polda Jawa Tengah tangani 46 TPPO lintas negara, ini motifnya

Sedangkan di Kecamatan Tawangsari wilayah rawan kekeringan tinggi di Desa Watubonang dan Desa Pundungrejo.

"Total ada 17 desa di tiga kecamatan memiliki tingkat kerawanan tinggi kekeringan berupa kekurangan air bersih saat musim kemarau. Terus kami pantau karena memang kondisi sekarang cuaca sangat panas," ujarnya.

BPBD Sukoharjo sudah berkoordinasi dengan pihak terkait termasuk melibatkan kepala desa dan camat setempat. Hal itu dilakukan agar perkembangan kondisi wilayah bisa terus terpantau. Dengan demikian apabila ada warga kekurangan air bersih dan sangat membutuhkan bantuan maka bisa langsung dikirim petugas.

Pemantauan utama dilakukan dengan melihat stok air bersih di sumur rumah warga. Selain itu juga memantau air bersih bersumber dari Pamsimas.

Baca Juga: 24 pantai di Bali berpotensi terjadi rob pada 5-8 Juli, berikut rinciannya menurut BMKG

"Perkembangan terus kami pantau setiap hari dengan melibatkan kepala desa, camat, tokoh masyarakat dan warga terdampak," lanjutnya.

Ariyanto mengatakan, dari 17 desa dengan tingkat kerawanan kekeringan tinggi paling banyak berada di wilayah Kecamatan Weru. Kekeringan tidak hanya berdampak pada kekurangan air bersih warga saja, namun juga sejumlah aktivitas lainnya.

"Kebutuhan air bersih warga tidak hanya untuk konsumsi rumah tangga saja seperti makan dan minum. Tapi juga lainnya termasuk wudhu sebelum menjalankan ibadah salat di masjid dan mushola. Bantuan akan dikirim ke warga terdampak kekeringan," lanjutnya.

BPBD Sukoharjo menekankan kepada semua pihak terkait untuk saling berkoordinasi. Hal ini dilakukan untuk menyikapi penanganan dan pengiriman bantuan air bersih. Salah satunya terkait distribusi ke warga terdampak kekeringan.

Baca Juga: Jamaah haji Embarkasi Solo yang meninggal di Tanah Suci bertambah, ini data terbaru

Halaman:

Tags

Terkini