HARIAN MERAPI - Suasana hangat dan haru mewarnai pertemuan silaturahmi dua trah besar, Brontowiyanan dan Imam Subawehan, yang digelar di sebuah restoran kawasan Bantul.
Acara yang diharapkan rutin ini terasa lebih istimewa karena sekaligus menjadi momen pamitan bagi keluarga Ahan (Madhan Nur Agista) –Jojo (Jovanska Arfianda) –El (Elias Saka Baskara - putranya yang masih berumur 6 bulan) yang akan berangkat ke Norwegia untuk bekerja.
Selama ini Ahan studi S2 dan S3 nya di Norwegia. Setelah selesai S3 - bulan November 2024, Ahan langsung mendapat pekerjaan di perusahaan minyak di Norwegia, maka keluarga akan diboyong ke kota di mana dia bekerja, Stavanger, Norwegia.
Baca Juga: Aira Tasmi' Juz 29: Cahaya Kecil yang Menuntun dengan Qalbu dan Keteladanan
Kehadiran para sesepuh, Pakde–Budhe, Om–Tante, para keponakan, dan cucu memunculkan suasana kekeluargaan yang kuat. Silaturahmi yang diwarnai doa bersama, ungkapan penuh haru, dan saling memohon maaf ini menjadi cermin bahwa dua trah ini masih memegang erat nilai-nilai keluarga Jawa yang lembut, rukun, dan penuh tepa selira.
Namun bukan hanya pamitan dan doa yang menjadi inti acara malam itu. Para sesepuh juga mengajak keluarga besar untuk belajar dari nilai-nilai hidup masyarakat Norwegia, negara di mana Ahan dan keluarga kelak akan bertempat tinggal. Nilai-nilai ini dianggap penting sebagai bahan refleksi, mengingat sebagian darinya berpotensi ada yang luntur dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Baca Juga: Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan
Selanjutnya Widodo Brontowiyono yang pernah tinggal di Jerman dengan bantuan Ahan memberikan gambaran beberapa nilai (value) yang ada di masyarakat Norwegia.
1. Kesederhanaan dalam Kemakmuran
Meski menjadi salah satu negara terkaya di dunia, masyarakat Norwegia justru terkenal sederhana — tidak pamer harta, tidak berlomba gaya hidup. Kita merasa bahwa nilai ini sangat relevan dengan budaya Jawa: urip iku prasaja ben tentrem.
Di tengah meningkatnya budaya pamer dan kompetisi semu di media sosial Indonesia, nilai kesederhanaan ini menjadi pengingat bahwa kebahagiaan bukan dari apa yang terlihat, tetapi dari hati yang tenang.
Baca Juga: Catatan Pengajian NgaSSo: Kesalehan yang Bertumbuh, Ilmu yang Dimuliakan
2. Kejujuran sebagai Fondasi Sosial
Di Norwegia, secara umum, kejujuran bukan nasihat, tetapi kebiasaan hidup. Orang Norwey cenderung tidak mengambil yang bukan haknya.
Nilai ini dulu sangat kuat dalam masyarakat Jawa, tetapi kini terasa mulai terganggu oleh pragmatisme dan godaan materi.
Acara keluarga ini mengingatkan kembali: jujur adalah warisan terbesar yang bisa diberikan kepada generasi muda.