HARIAN MERAPI - Dr. Drs. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si menjadi imam dan khatib dalam ibadah Shalat Jumat 5 Desember 2025 di Masjid Al-Munawwaroh, Kricak Kidul, Kricak, Tegalrejo, Yogyakarta.
Pada kesempatan itu khatib menyampaikan khotbah yang inspiratif dan memberikan motivasi kepada jemaah untuk meningkatkan kualitas iman dan amal, dengan tema: ”Meraih keseimbangan hidup dalam perspektif Al-Quran.”
Hidup bahagia itu adalah yang berkeseimbangan. Kebahagiaan atau kegembiraan adalah suatu keadaan pikiran atau perasaan yang ditandai dengan kecukupan hingga kesenangan, cinta, kepuasan, kenikmatan, atau kegembiraan yang intens.
Sedangkan kebahagiaan sejati adalah perasaan senang, tentram, damai dan nyaman akan suatu hal atau suatu kondisi dan tidak ada satupun orang yang bisa mengacaukan perasaan bahagia ini.
Kebahagiaan adalah di dalam hati, yaitu hati yang memiliki keimanan, yang selalu merasa cukup dan selalu bersandar pada Allah Ta'ala.
Bagi seorang muslim, kehidupan yang berkeseimbangan dan diridhai Allah SWT adalah sumber dari segala sumber kebahagiaan.
Firman Allah SWT: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (QS. Al-Qasas, 28:77).
Baca Juga: Pengembangan self love untuk membangun relasi sosial yang elegan
Dunia adalah ladang tempat bertanam, dan hasil yang dinikmatinya di dunia adalah
sebagian kecil saja dari hasil yang sesungguhnya akan diperoleh. Bagian yang terbesar justru akan dinikmatinya kelak di akhirat yang penuh dengan kebahagiaan dan keabadian.
Islam memandang bahwa kehidupan itu bukan hanya duniawi saja, tetapi berkelanjutan sampai kehidupan di akhirat.
Hidup di dunia merupakan masa bakti yang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan, dan kehidupan paska kematian (kehidupan di akhirat) erat sekali hubungannya dengan kualitas hidup di dunia fana sekarang ini.
Apa yang dipetik di akhirat adalah hasil dari tanaman di dunia. Amal baik akan dibalasi dengan kebaikan dan kenyamanan, demikian juga amal buruk akan dibalasi dengan keburukan dan derita tiada akhir.
Firman Allah SWT: ”Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscara dia akan melihat (balasannya)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula”. (QS Al-Zalzalah, 99:7-8).