HARIAN MERAPI - Masalah stunting di Kabupaten Kudus kini ditekankan bukan hanya berkaitan dengan pemenuhan gizi, tetapi juga erat dengan perilaku hidup bersih, sanitasi, dan kualitas lingkungan.
Pemahaman inilah yang mendorong Pemerintah Kabupaten Kudus memperkuat gerakan pencegahan lintas sektor, sekaligus menargetkan penurunan angka stunting hingga 3,55 persen pada akhir 2025.
Capaian tersebut membuka peluang bagi Kudus untuk kembali memperoleh insentif fiskal Rp6 miliar dari pemerintah pusat.
Baca Juga: Kini telah hadir akses internet terjangkau tanpa serat optic, ini yang dilakukan pemerintah
Hal itu tersampaikan dalam ajang MilkLife Festival Keluarga Sehat 2025 di Alun-alun Simpang 7 Kudus, Sabtu (15/11/2025).
Festival Keluarga Sehat bertema “Menang Lawan Stunting: Langkah Sehat, Generasi Kuat” diselenggarakan Bakti Sosial Djarum Foundation bekerjasama dengan Savoria Group dan Pemerintah Kabupaten Kudus.
Tema itu sekaligus sebagai bentuk ajakan kepada seluruh elemen masyarakat agar bersama-sama berperan mencegah stunting.
Kesadaran dan kepedulian terhadap tumbuh krmbang anak mendorong berbagai pihak di Kabupaten Kudus untuk berkolaborasi melakukan pencegahan stunting.
Baca Juga: IDAI hadapi tantangan pelaksanaan imunisasi pada anak, begini cara mengatasinya
Bupati Kudus Samani Intakoris mengatakan, persoalan stunting harus dilihat secara menyeluruh, tidak hanya dari sisi kesehatan ibu dan anak.
“RT/RW, Babinsa, Bhabinkamtibmas, serta bidan desa adalah ujung tombak. Penanganan stunting adalah tanggung jawab bersama,” ujar Samani saat membuka MilkLife Festival Keluarga Sehat 2025 di Alun-alun Kudus.
Ia mengungkapkan bahwa jika sebelumnya angka stunting di Kudus 4,30 persen, kini angka itu turun menjadi dari 4,03 persen (2.145 kasus), dan penurunan ini harus terus dipertahankan untuk mencapai target 3,55 persen di akhir tahun 2025.
Bupati juga menyampaikan apresiasi kepada Djarum Foundation yang selama ini mendampingi upaya pemerintah daerah dalam menekan angka stunting.