yogyakarta

Jurnalis di Tengah Gempuran AI, Tak Ada Pilihan Selain Beradaptasi

Selasa, 7 Oktober 2025 | 08:30 WIB
Narasumber berfoto bersama peserta dalam media talks dan workshop dengan mengusung tema Masa Depan Jurnalisme di Era Artificial Intelligence di Yogyakarta, Senin (6/10/2025). (Foto: Dok. Istimewa)

HARIAN MERAPI - Media memasuki era media morfosis. Perkembangan teknologi menyebabkan transformasi media. Media dituntut mampu beradaptasi di era gempuran Artificial Intelligence (AI).

"Sekarang ini dengan adanya AI, inovasi tidak pernah berhenti. Jadi hanya yang bisa beradaptasi yang bisa hidup. Tantangan dari perkembangan teknologi ini bagaimana kita beradaptasi, tapi kita bisa memilih dan memilah karena adanya AI itu seperti pisau bermata dua," kata Ketua Komisi Kemitraan, Hubungan Antar Lembaga, dan Infrastruktur Dewan Pers, Rosarita Niken Widiastuti.

Niken mengungkapkan hal tersebut dalam media talks dan workshop yang mengusung tema Masa Depan Jurnalisme di Era Artificial Intelligence di Yogyakarta, Senin (6/10/2025).

Baca Juga: Ini bahayanya bila wartawan membagikan data sensitif ke platform AI

Niken menegaskan bahwa AI hanyalah alat dan tidak akan menggantikan peran jurnalis. AI membawa tantangan serius karena AI sangat bergantung pada data yang diinput oleh jurnalis.

"Semakin banyak jurnalis memasukkan informasi yang benar, informasi yang valid, informasi yang terverifikasi, maka AI ini akan memproduksi berita yang valid," ujarnya.

Niken lantas mengajak semua jurnalis dalam membuat informasi yang terverifikasi, agar teknologi AI tidak berisi hoax maupun konten sampah.

Baca Juga: Inilah bedanya konten AI dengan jurnalisme menurut Wamenkomdigi Nezar Patria

Dalam kacamata akademisi, Dosen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Olivia Lewi Pramesti, menyebut fenomena AI dengan istilah AI Hype. AI Hype sebelumnya telah ditulis oleh beberapa jurnal di Eropa dan Amerika tentang bagaimana AI masuk ke dalam dunia jurnalistik.

Penggunaan AI di jurnalistik, lanjutnya, sudah dimulai sejak tahun 1980, di mana pengenalan AI awal dimulai dengan pelamuran berita dengan komputer.

Berdasarkan riset dari Southeast Asia, kata Olivia, di antara negara yang lain, data menunjukkan bahwa Indonesia 95 persen tahu tentang penggunaan AI. Namun ironisnya, tidak semua media menggunakan AI dalam ruang redaksi.

Baca Juga: Indonesia Resmi Miliki LLM 70 Miliar Parameter, Indosat Sokong Infrastruktur Lewat AI Berdaulat

"Dan ketika dicari di beberapa media, itu hanya ada enam media yang mendeclare AI dalam ruang redaksi," ujar Olivia.

Olivia menjelaskan dalam era AI Hype membutuhkan tindakan berani dengan segala risiko. Selain itu, dia menyebut sebelum AI hadir, media juga masih berjuang dalam berbagai permasalahan.

Hal itu meliputi seperti layoff, kekerasan media, isu kesejahteraan hingga jurnalis yang acap kali mengalami kekerasan digital. Olivia lanjut memaparkan, seharusnya seseorang mempelajari teknologi AI, hal pertama yang dipelajari adalah aspek Human-centred mindset.

Halaman:

Tags

Terkini