HARIAN MERAPI - Keberadaan pohon keramat Nangka Growong di kaki Gunung Merbabu, konon diwarnai dengan terjadiny pertarungan sengit, yang mana Ki Ajar Windusana menggunakan lesung dan alu untuk senjata.
Kehadiran Ki Ajar Windusana di Tanah Perdikan Ratawun menimbulkan perebutan pengaruh dengan Aki Dalem. Pasalnya, tanah perdikan Ratawun kala itu ada Aki Dalem, tokoh agama Hindu yang sangat dihormati dan disegani warga di kawasan ini.
Dan terjadilah perebutan pengaruh (‘conflict of interest’) yang berujung pada adu kesaktian kedua tokoh agama itu.
Disamping menguasai ilmu agamanya masing-masing, kedua tokoh itu sama-sama memiliki kesaktian dan ilmu ulah kanuragan yang tinggi.
Pertarungan sengit kedua tokoh itu tak dapat dihindari karena mereka mempunyai
keinginan yang sama, mempertahankan bahkan menyebarluaskan agamanya masing-masing di
kawasan ini.
Pertikaian itu semula hanya ‘adu mulut’ dan saling ‘pethenthang-pethentheng’, dan tempat dimana mereka saling ‘pethenthengan’ itu kini bernama dusun Panthengan.
Pada puncak kemarahannya, Aki Dalem dengan kesaktiannya mengeluarkan senjata ampuh berupa lesung batu, lumpang batu dan gandhik (alat penumbuk) juga dibuat dari batu.
Untuk menandingi senjata lawannya itu, Ki Ajar Windusana dengan kesaktiannya juga menggunakan senjatanya berupa lesung dan alu kayu nangka.
Pertarungan sengit kedua jenis senjata itu berlangsung seru di angkasa disaksikan warga
desa.
Suara beradunya kedua jenis lesung sakti itu berdentang-dentang (‘pating klonthang’ – bhs. Jawa), sehingga tempat beradu senjata itu kini bernama desa ‘Gantang’.
Beradunya dua jenis lesung dan lumpang dari batu dan kayu di angkasa menimbulkan asap putih seperti kabut atau ‘pedhut’. Dan tempat terjadinya pedhut itu kini disebut dusun Pedhutan.
Baca Juga: Tiga pemuda jadi korban pengeroyokan di Jalan Seturan Raya, diduga karena masalah ini
Karena sama-sama sakti, dalam pertarungan seru dengan kekuatan-kekuatan yang dahsyat, kedua senjata itu akhirnya terpental masing-masing jatuh ke tanah.