internasional

Kekejaman Israel menjadi-jadi, infrastruktur air di Palestina dirusak, PBB sebut militerisasi air

Selasa, 17 September 2024 | 13:30 WIB
Anak-anak Palestina antri makanan. (Antara/HO-Anadolu)



HARIAN MERAPI - Israel kian menjadi-jadi dalam melakukan pelanggaran HAM.


Bahkan, belakangan Israel melancarkan gerakan yang mereka sebut militerisasi air sebagai bentuk diskriminasi air.

Pelapor khusus PBB tentang hak asasi manusia untuk air minum yang aman dan sanitasi, Pedro Arrojo-Agudo, mengatakan militerisasi air oleh Israel di wilayah Palestina adalah bagian dari kebijakan apartheid atau diskriminasi air dan teritorial.

Baca Juga: Hari ini Nikita Mirzani diperiksa polisi terkait kasus aborsi anaknya, ini kronologinya

Arrojo-Agudo dalam sebuah konferensi pers di Jenewa pada Senin (16/9) menyebutkan bahwa populasi Gaza hidup dengan rata-rata 4,7 liter air per orang per hari.

Dia mengingatkan bahwa angka tersebut jauh di bawah kebutuhan jumlah minimal yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam situasi darurat, yakni 15 liter per orang per hari.

"Militerisasi air di wilayah Palestina yang diduduki telah menjadi inti dari kebijakan apartheid air dan teritorial selama 50 tahun terakhir, termasuk penghancuran infrastruktur air dasar Palestina,” katanya.

Arrojo-Agudo mengatakan sumber air tawar alami satu-satunya adalah akuifer pesisir dan 2,3 juta orang di Gaza terpaksa memompa air tiga kali lebih banyak daripada yang diterima akuifer melalui pengisian alami yang mengakibatkan intrusi laut yang intens dan salinisasi.

Baca Juga: Deklarasi Menuju ProKlim Lestari di Sangurejo Turi, Bupati Sleman Terima Penghargaan Peduli Sampah

"Selain itu, Israel telah memblokir 70 persen bahan yang dibutuhkan untuk membangun dan mengoperasikan pabrik pengolahan air limbah karena penggunaan ganda, sehingga menghambat pengolahan limbah yang tepat yang menyebabkan kontaminasi feses (kotoran pembuangan dari saluran pencernaan) secara progresif pada air tanah," ujarnya.

Pejabat tersebut menekankan bahwa bahkan sebelum 7 Oktober, 40 persen dari populasi sudah diberi pasokan air minum.

Namun, saat perang pecah, Israel secara radikal memutus pasokan air tersebut dan pasokan listrik, serta menghancurkan pabrik desalinasi.

Mengenai penyakit yang meledak akibat kekurangan air bersih, dirinya mengatakan sebanyak 1,7 juta kasus penyakit menular, termasuk diare, disentri, hepatitis A, polio, cacar, telah dilaporkan.

Baca Juga: Bank Mulai Bayar Premi Program Restrukturisasi Perbankan ke LPS pada 2025

"Semua ini, ditambah dengan kurangnya perawatan medis, mengakibatkan kematian, terutama bayi dan anak-anak, menjadikan kelangkaan dan kontaminasi air sebagai bom diam yang jauh kurang terlihat daripada bom yang menghancurkan bangunan dan telah membunuh puluhan ribu warga sipil, namun bom ini tidak kalah mematikan," ucapnya.

Halaman:

Tags

Terkini