jawa-tengah

Pati Undercover, Ada Pemandu Karaoke Berijazah S2 dan Paket Kumpul Kebo Rp 20 Juta Per Bulan, Ini Hasil Pelacakan Tim Kajian Joeang Pati

Jumat, 26 Juli 2024 | 15:50 WIB
Ikon Kota Pati yang indah. (Alwi Alaydrus)

HARIAN MERAPI - Pelan tapi pasti, dalam dunia hiburan dan masalah gaya hidup, kondisi kota Pati lambat laun, sudah seperti kota besar lainnya.

Berdasar pelacakan yang dilakukan tim kajian Joeang Pati, ternyata didapatkan fakta yang luar biasa di kota yang berjuluk "Bumi Minta Tani" ini.

"Di antaranya keberadaan Pemandu Karaoke, yang lazim disebut PK, ternyata banyak yang berijazah S1, dan bahkan tidak sedikit yang lulusan S2," kata ketua Joeang, Fatkurochman SH MH.

Baca Juga: Ini Barang Bukti yang Diamankan Saat Polsek Boyolali Grebek Toko Kelontong Jual Miras

"Dan juga ada, yang kegolong masih duduk di SLTA. Pagi sekolah kalau malam nyanyi. Selain itu, ada juga yang kesehariannya bekerja sebagai petugas penjualan promosi (SPG), karyawan bank, dan bahkan ada yang profesi perawat," lanjutnya.

Menurut anggota tim kajian, Jimad menyebutkan, besaran pendapatan sebagai PK, dari kontrak nyanyi Rp 75 ribu per jam. Namun yang paling besar, justru dari uang tip tamu.

"Jumlahnya, bisa mencapai ratusan ribu, setiap malamnya. Maka tidak heran, banyak PK yang bermobil," tuturnya.

Kehadiran PK di Kota Pati, banyak yang datang dari kota Jepara, Grobogan, Kendal, Ungaran, Bandung, Surabaya, Yogyakarta dan Semarang. Umumnya, mereka datang dengan alasan pelanggan karaokenya royal membagikan uangnya. 

Baca Juga: Pasangan Darma Wijaya-Adlin Tambunan Disayang Masyarakat Sergai Karena Dikenal Sebagai Bupati-Wakl Bupati yang Hobi Keluyuran Sambil Kerja

Sedang Fatkurochman mengungkap fenomena saat ini, Pati juga sudah termasuk sebagai kota "tentrem", tempat memadu kasih tanpa ikatan (kumpul kebo).

Tokoh pemuda yang mukim di Slungkep Kecamatan Kayen ini, mengkonfirmasi soal tingginya angka perceraian yang di Pati. Hingga pertengahan bulan Juli 2024, tercatat sebanyak 1.599 gugatan cerai.

"Penyebab perceraian diklasifikasikan beberapa hal. Di antaranya dari penggugat wanita, dikarenakan faktor ekonomi 60%. Kemudian disebabkan aktor pihak ketiga (kekasih bayangan) 20%," katanya.

Baca Juga: Tak Terima Rumahnya Dijadikan Konten Video Horor, Enam Konten Kreator di Semarang Dipolisikan

"Banyak perempuan yang kuat secara ekonomi lantaran bekerja di luar negeri. Serta diikuti, kasus pihak laki-laki (suami) yang tidak suka istri banyak kegiatan di luar," lanjutnya.

Dikatakannya, akibat banyaknya bidadari cantik, yakni PK di Kota Pati, sering memantik munculnya kumpul kebo (istri simpanan). Karena orang ingin bersenang-senang.

"Besaran kontrak kumpul kebo, berkisar Rp 20 juta per bulan. Jumlah tersebut di luar biaya kontrak rumah. Mereka mencari rumah yang sudah ada perabotan kamar, dapur dan dilengkapi garasi mobil. Serta memilih rumah di luar kota" tuturnya.

Baca Juga: Kalahkan Prawira Harum Bandung di Game 1, Pelita Jaya Jakarta Satu Langkah Menuju Final IBL 2024

Adapun penggunaan Rp 20 juta, Fatkurochman merincikan, biasanya untuk beaya perawatan wajah, belanja pakaian yang modis, dan kirim keluarga di kampung. Serta jasa untuk mak comblang.

"Perjodohan pasangan selalu dari adanya jasa joki (mak comblang). Yang mau dikawin kontrak, biasanya PK yang mulai meredup, karena kalah bersaing dengan wajah baru," katanya.

Dari hasil penelitiannya, Fatkurochman mencatat sumber putusnya hubungan kumpul kebo. Yaitu, keluarga pihak laki-laki mulai tahu, atau mulai seretnya suplai keuangan ke pihak perempuan.

Baca Juga: Kapolresta Yogyakarta Ungkap Kronologi Laka Lantas di Jalan Kusumanegara, Korban Menghindari Orang Bawa Sajam

"Tapi tidak sedikit juga, akibat pihak perempuan mendapat pria baru yang lebih tajir," ujarnya. *

Tags

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB