HARIAN MERAPI - Kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Gunungkidul selama Januari hingga awal Mei tahun ini cukup tinggi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul kasus DBD sudah mencapai lebih dari 400 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2 kasus.
Tahun 2023 selama satu tahun dengan jumlah kematian 1 orang dan terjadi 260 kasus DBD. Sehingga dengan demikian kasus DBD tahun ini meningkat disbanding tahun 2023.
Baca Juga: Dua Orang Pekerja Bangunan Tertimpa Dak Beton Roboh di Nagan Yogyakarta, Satu Orang Meninggal Dunia
Terkait meningkatnya kasus DBD dibanding tahun 2023 lalu, Bupati H Sunaryanta mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomer 28 Tahun 2024 tentang kewaspadaan penyakit DBD.
"Kewaspadaan harus dilakukan dan agar selali menerapkan pola hidup bersih dan sehat," katanya.
Sementara Kepala Dinkes Gunungkidul, Ismono mengaku instansinya telah melakukan program intervensi seperti fogging focus dan edukasi pemberantasan sarang nyamuk (PSM).
Saat ini masih ada enam lokasi yang akan disasar program fogging focus yang pelaksanaannya kondisional mengacu pada lokasi yang mengalami peningkatan kasus.
Dari jumlah kasus untuk bulan April sudah mengalami penurunan kasus DBD yang disebabkan karena berkurangnya curah hujan di musim kemarau dan tidak ada tempat untuk nyamuk aedes aegypti berkembang biak.
Sedangkan untuk ketersediaan abate atau obat pembunuh larva nyamuk di Kantor Dinkes Gunungkidul saat ini sudah menipis.
"Tahun ini Dinkes tidak melakukan pengadaan abate karena keterbatasan anggaran," imbuhnya.
Baca Juga: Berhasil Menang Pileg, PDI Perjuangan Sukoharjo Berhak Usung Mandiri Cabup-Cawabup Pilkada 2024
Pada kesempatan sebelumnya, Dinkes mengaku khusus kasus DBD pada Januari dan Februari 2024, kapanewon yang menjadi wilayah dengan sebaran terbanyak ada di Wonosari dan Paliyan.