HARIAN MERAPI - Memasuki awal bulan ini migrasi ubur-ubur beracun di sepanjang Pantai Selatan Kabupaten Gunungkidul mulai bermunculan.
Sekretaris SAR Satlinmas wilayah II DIY Surisdiyanyo mengimbau wisatawan agar waspada terhadap ubur-ubur beracun saat berwisata dan bermain air laut.
Hampir seluruh pantai di Gunungkidul kembali terjadi migrasi ubur-ubur beracun ke tepi pantai. "Fenomena tersebut biasa terjadi setiap tahun, khususnya memasuki puncak musim kemarau," katanya Senin (29/4/2024).
Baca Juga: Sholawat Berkumandang di Kampus Kristen UKSW Salatiga, Halal Bi Halal Pertama Kali Sejak Berdiri
Ubur-ubur memiliki racun yang dapat menimbulkan rasa sakit saat terkena kulit hingga dapat menyebabkan sesak nafas. Sengatan ubur-ubur terhadap wisatawan setiap tahun meningkat.
Dalam satu kali musim ubur-ubur beracun pernah mencapai lebih dari 300 wisatawan terpaksa menjalani perawatan di Puskesmas.
Dari sejumlah pantai terbanyak terjadi di Pantai Sepanjang dengan total 72 orang, Pantai Krakal 63 orang, dan Pantai Pulang Sawal atau Indrayanti sebanyak 48 orang. "Data yang kami catat adalah peristiwa tahun lalu," imbuhnya.
Ubur-ubur yang biasa muncul merupakan binatang laut yang tergolong ke dalam spesies Scyphozoa. Tubuhnya yang berbentuk payung berumbai, jika tersentuh menyebabkan gatal, sesak nafas dan terasa panas di kulit.
Namun jika tidak kuat bisa menyebabkan sesak nafas.
"Tahun ini ubur-ubur beracun muncul lebih awal dan sudah ada 9 orang dirawat akibat tersengat ubut-ubut," imbuhnya.
Dari bentuk tubuh ubur-ubur menarik perhatian, khususnya anak-anak karena memiliki tubuh transparan, dan memiliki rumbai warna biru.
Baca Juga: Begini cara mengatasi rasa tak bahagia, jangan lupa bersyukur
Bentuk warna yang menarik ini seringkali membuat pengunjung ingin menyentuh hewan ini. Ubur-ubur biasanya terbawa ombak, dan mendarat di pasir.