HARIAN MERAPI - Kasus stunting, belakangan ini menjadi wacana kesehatan merupakan kondisi gagal tumbuh. Hal ini berdampak pada kegagalan pertumbuhan otak akibat kekurangan gizi.
Tidak hanya masalah pada kognisi, anak dengan stunting bisa meningkatkan risiko hipertensi, perlemakan hati, juga obesitas.
Dalam jangka panjang stunting dapat menurunkan produktivitas nasional dan melebarkan ketimpangan sosial.
Baca Juga: Biden minta Israel bedakan Hamas dengan warga sipil di Gaza
Keluarga khususnya orang tua memiliki peran penting untuk kehidupan anak. Bagaimana mendidik anak yang sehat dan memantau agar dapat mengambil langkah pencegahan gagal tumbuh dan stunting.
Sejak 2018, pemerintah telah melakukan berbagai upaya menurunkan prevalensi stunting.
Salah satunya dengan menajamkan berbagai intervensi gizi pada sektor kesehatan yang menyasar pada ibu hamil dan anak usia 0-23 bulan.
Pemerintah juga menggiatkan berbagai intervensi yang mendukung peningkatan kualitas gizi dan kesehatan pada anak dan ibu hamil.
Baca Juga: Ade Armando bikin gaduh soal politik dinasti di Jogja, begini tanggapan cucu Sri Sultan HB X
Di antaranya akses air, sanitasi, PAUD, akses pangan bergizi, juga perilaku hidup bersih dan sehat.
"Semua intervensi ini tidak akan efektif jika keluarga tidak mengambil peran aktif untuk memperhatikan kualitas hidupnya," ujar Dra Prima Sari, pemerhati masalah sosial, ekonomi dan kesehatan masyarakat, Jumat (8/12/2023).
Menurutnya, Keluarga memiliki peran yang sangat signifikan dalam pencegahan maupun penanggulangan stunting. Karena masalah gizi, sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup keluarga.
Baca Juga: One Stop Shopping in Mall, Plaza Ambarrukmo Hadirkan Pasar Oleh-oleh di Lower Ground
Jika keluarga berhasil menyiapkan generasi yang sehat, berpendidikan dan berkarakter baik, maka ada jaminan masa depan bangsa lebih baik. Upaya penurunan prevalensi stunting ditargetkan 14 persen di tahun 2024.