HARIAN MERAPI - Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, merasa bangga bahwa masyarakat Sleman khususnya di wilayah lereng Gunung Merapi sangat kreatif memanfaatkan potensi lokal. Kenthos (biji salak) yang sebelumnya hanya dianggap sebagai sampah dari buah salak, dapat diolah menjadi minuman enak dan menyehatkan.
“Ternyata kenthos setelah ditumbuk halus dan dicampur kopi dapat menjadi minuman yang sangat enak,” kata Danang Maharsa saat meninjau warung kopi D’Kenthos Coffe usai mengikuti senam massal di Dusun Kemiri, Kalurahan Purwobinangun, Pakem, Sleman, Minggu (19/11/2023).
Menurutnya, warung kopi yang dikelola oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Kemiri Edum, menyajikan minuman utama kopi dicampur bubuk biji salak dengan beragam (varian) rasa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Baca Juga: Tak Kuat Nanjak, Kereta Kelinci Terguling di Prambanan Sleman, 8 Penumpang Dilarikan ke Rumah Sakit
Bahkan, campuran kopi dengan bubuk biji salak telah diuji ke laboratorium Universitas Gadjah Mada (UGM) dan dinyatakan berkasiat untuk meringankan beberapa penyakit bagi manusia. Potensi luar biasa ini harus dikembangkan dan didorong oleh Pemerintah Kabupaten Sleman baik sarana prasarana hingga jaringan pemasaran.
“Saya sudah mencicipi sendiri, ternyata kopi yang dicampur dengan olahan biji salak rasanya sangat enak. Bahkan dapat meringankan beberapa penyakit. Ini perlu terus disosialisasikan dan dikembangkan. Jaringan pemasaran juga harus diperluas hingga luar daerah,” ujarnya.
Disampaikan Danang, kreatifitas KWT Kemiri Edum ini dapat menginspirasi KWT lain maupun masyarakat Sleman untuk ikut menggali potensi lokal lebih maksimal. Memanfaatkan segala dumberdaya alam sekitar lebih maksimal untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Baca Juga: 1.500 Botol Air Berkah Dibagikan saat Tahlil Ageng Kakek Moyang Gus Dur
“Ternyata, salak tidak hanya diambil daging buahnya. Tetapi bijinya juga bermanfaat serta mempunyai nilai ekonomi tinggi. Ini yang paling penting untuk disebarluaskan ke petani salak,” ujar Danang.
Ketua KWT Kemiri Edum, Rini Handayani menjelaskan, KWT yang dipimpinnya sebelumnya fokus pada berbagai olahan makanan dengan bahan dasar buah salak pondoh. Saat ini terdapat delapan olahan salak diantaranya keripik salak, dodol buah salak, manisan salak maupun olahan makanan lain.
Namun, limbah dari salak terutama bijinya tidak terpakai dan hanya dibuang begitu saja. Atas dasar itu, KWT Kemiri Edum mencoba berinovasi kerja sama dengan UGM dengan mengolah biji salak tersebut sebagai campuran kopi.
Baca Juga: Pelaku usaha sablon kaos dan bendera di Sukoharjo, cuan menjelang Pemilu
Melalui berbagai uji coba, maka ditemukan campuran satu banding satu antara kopi dengan bubuk biji salak yang nikmat dan menyehatkan. Agar lebih menarik minat pembeli, maka ditambah varian rasa seperti cappuccino, americano, coklat, susu creamy, susu gula aren maupun yang lain.
Penggagas D’Kenthos Coffee ini berharap, warung kopi milik KWT Kemiri Edum ini dapat berkembang, menarik wisatawan ke wilayah Sleman Utara. Kehadiran D’Kenthos Coffee bukan menjadi pesaing bisnis sesama warung kopi, tetapi justru untuk saling bersinergi menambah jumlah kunjungan wisatawan khususnya di lereng Gunung Merapi.*