HARIAN MERAPI - Ibarat buah simalakama, Hodo harus mengambil jalan yang sulit.
Ketimbang sang ibu jadi budak nafsu gendruwo, ia rela menikahkan ibunya yang janda dengan seorang eyang paranormal.
Dalam masyarakat Jawa ada ungkapan "Anak Polah Bapa Kepradhah". Kurang-lebih artinya: jika anak mempunyai kehendak, maka orangtua wajib memenuhinya. Tentu saja kehendak yang baik.
Namun yang dialami Hodo, sebaliknya. Hodo, lajang berusia duapuluh delapan tahun itu terpaksa pontang-panting kesana-kemari demi memenuhi keinginan Bu Tuzie, Ibu kandungnya.
Bu Tuzie, janda paro baya itu ingin menikah lagi dengan sosok laki- laki tampan yang sering menyambanginya. Hodo jengkel setelah mengetahui siapa sosok lelaki tersebut.
Ternyata bukan manusia lumrah. Namun gendruwo yang jika datang menyambangi Ibunya, selalu memba- memba lelaki muda, tampan, dan wangi.
"Apa pun alasannya, aku tidak setuju," ujar Hodo tegas. Kali itu Hodo terpaksa melawan kehendak orangtuanya yang tidak wajar tersebut.
Namun begitu nampaknya Bu Tuzie sudah kehilangan akal sehatnya. Larangan anaknya tidak dipedulikan. Dia tetap akan menikah dengan sosok lelaki tampan tersebut.
Baca Juga: Pertama di Jogja, Timezone Indonesia Hadirkan Social Bowling di Plaza Ambarrukmo
Hodo tak kurang akal. Segera dia sowan ke Eyang Murtadi. Mengadukan hal itu sekaligus memohon solusinya.
Alhamdulillah, usaha Eyang Murtadi membuahkan hasil. Keinginan Bu Tuzie bisa diredam. "Tapi, Do. Sekarang aku kesepian. Apa kamu juga bisa mencarikan solusinya?" ujar Bu Tuzie suatu malam.
Hodo pusing tujuh keliling. Dia kembali sowan menemui Eyang Murtadi. Pria yang sudah lama menduda, berusia tujuhpuluh dua tahun itu tersenyum.
Lalu berbisik mendekat ke telinga Hodo. “Itu adalah solusi yang paling tepat, Hodo. Segera pulanglah!”, ucap Eyang Hodo mantap.
Begitu sampai rumah, apa yang dikatakan Eyang Murtadi langsung disampaikan ke Ibunya.