sleman

Pawai Budaya Garis Imajiner, dukung Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia

Minggu, 29 Oktober 2023 | 11:00 WIB
Peserta Pawai Budaya Garis Imajiner mengenakan kostum terbuat dari daur ulang sampah ( Foto : Dok. Prokopim Setda Sleman)



HARIAN MERAPI - Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman menyelenggarakan Pawai Budaya Garis Imajiner sebagai dukungan terhadap penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia.


Acara tersebut didukung oleh ribuan warga dari 17 kapanewon se-Kabupaten Sleman dengan mengikuti kirab dan menampilkan beragam tarian.


Pawai dimulai dari Gardu Pandang Kaliurang dan berakhir di kawasan Tlogoputri, dibuka secara simbolis oleh Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, dengan pemukulan gong di panggung kesenian kawasan Tlogoputri Kaliurang, Sabtu (28/10/2023).

Baca Juga: UMBY persembahkan 949 wisudawan, sebelum prosesi wisuda ada kirab bregada dan tari Buka Regol


Dalam sambutannya, Danang Maharsa memberikan dukungan terhadap pelaksanaan Pawai Budaya Garis Imajiner. Agenda ini sebagai upaya melestarikan, mengembangkan serta memperkenalkan seni dan budaya yang ada di wilayah Kabupaten Sleman kepada masyarakat luas.


Pawai Budaya Garis Imajiner ini juga sebagai media untuk mengedukasi masyarakat tentang sejarah berdirinya Keraton Ngayogyakarta maupun Yogyakarta yang tidak bisa lepas dari garis imajiner yang memiliki sumbu filosofis.


“Sumbu filosofis memiliki makna keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan alam. Garis ini memang imajiner, tapi setidaknya bisa diwujudkan dengan perilaku budaya masyarakat,” papar Danang.


Danang berharap, melalui kegiatan Pawai Budaya Garis Imajiner Kabupaten Sleman 2023, dapat menjadi salah satu sarana untuk menggali, mengenalkan, memasyarakatkan, melestarikan serta mengukuhkan eksistensi budaya dan kesenian tradisional di Kabupaten Sleman.

Baca Juga: Kabupaten Semarang kembangkan olahraga tradisional ketapel, satu kecamatan melebar 19 kecamatan


Kepala Dinas Kabupaten Sleman, Edy Winarya, menerangkan, Sleman merupakan salah satu kabupaten yang dilalui garis imajiner. Hal itu menjadi latar belakang Sleman perlu melestarikan adanya filosofi tersebut melalui Festival Garis Imajiner.


Dijelaskan Edy, kegiatan ini mengusung tema “Resik Ketitik, Reget Kejiret”. Tema ini diangkat berlatar belakang keprihatinan terhadap isu penanganan sampah yang belum tertangani dengan baik. Melalui tema ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penanganan sampah berbasis budaya.


Di samping itu, melalui Festival Garis Imajiner dapat menjadi wahana kreatifitas bagi seniman sekaligus mempertahankan eksistensi jati diri seni tradisional kerakyatan.

Baca Juga: Isu jabatan presiden tiga periode tak bisa dipertanggungjawabkan, ini pernyataan Safsus Mensesneg


Festival Garis Imajiner dilaksanakan selama dua hari, 28-29 Oktober 2023, masyarakat dapat mengikuti berbagai rangkaian kegiatan seperti, pawai budaya, pentas seni dan UMKM, gelar seni kawasan candi dan lomba film dokumenter.*

 

Tags

Terkini