Aktivitas Sesar Opak atau patahan yang membentang di tengah DIY masih dalam kategori normal

photo author
- Selasa, 15 Agustus 2023 | 18:55 WIB
Ilustrasi - Gempa bumi yang tercatat oleh seismometer.  (ANTARA/Shutterstock)
Ilustrasi - Gempa bumi yang tercatat oleh seismometer. (ANTARA/Shutterstock)

HARIAN MERAPI - Peningkatan intensitas kegempaan akibat aktivitas Sesar Opak atau patahan yang membentang di tengah Daerah Istimewa Yogyakarta masih dalam kategori normal.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas 1 Sleman Setyo Aji Prayudi saat dihubungi di Yogyakarta, Selasa (15/8/2023), mengatakan pihaknya terus memonitor aktivitas gempa bumi di DIY, termasuk yang bersumber dari Sesar Opak selama 24 jam melalui sembilan sensor.

"Kenapa saya bilang dalam kategori normal, karena DIY-Jateng dan selatan DIY memang zona aktif gempa, artinya gempa bisa terjadi kapan saja," kata dia.

Baca Juga: Mengintip solidaritas komunitas anak punk di Salatiga, bantu kerja bakti anak teman stunting

Aji mengakui berdasarkan hasil analisis rekaman gempa yang tertangkap sensor milik BMKG menunjukkan bahwa intensitas gempa bumi yang bersumber dari Sesar Opak mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir.

"Kalau kita lihat dari data seismisitas, data kegempaan beberapa tahun ke belakang (2022, 2021, 2020 dan seterusnya), kita lihat lima tahun terakhir kurvanya cenderung meningkat," kata dia.

Kegempaan tersebut rata-rata memiliki kekuatan dengan kategori kecil di bawah magnitudo 5.0, sehingga hanya bisa terbaca alat pendeteksi gempa alias tidak bisa dirasakan manusia.

Baca Juga: Polda DIY Gandeng KSJ Guna Tangkal Sablon Berbau Provokasi Jelang Pemilu 2024

Pemicu peningkatan kegempaan tersebut, kata dia, antara lain akibat rilis akumulasi energi Sesar Opak yang hingga kini masih aktif.

Meskipun rata-rata magnitudonya kecil, dia menyebut kejadian itu sebagai indikasi bahwa daerah-daerah itu merupakan daerah gempa.

Berdasarkan data hasil monitoring Stasiun Geofisika Kelas I Sleman selama lima tahun terakhir, tercatat 136 kejadian gempa bumi di DIY pada 2018, kemudian meningkat menjadi 144 kejadian pada 2019, 160 kejadian pada 2020, 282 kejadian pada 2021, dan 902 kejadian pada 2022.

Baca Juga: Terbukti Korupsi Rp470 Juta, Mantan Pegawai RSUD Wonosari Dihukum 4 Tahun

Kegempaan tersebut bersumber dari aktivitas Sesar Opak dan sebagian dari subduksi Lempeng Indo-Australia dan Eurasia.

Semakin meningkat intensitas gempa bumi di daerah lintasan Sesar Opak, kata Aji, justru lebih baik, karena mengurangi potensi munculnya gempa berkekuatan besar.

"Secara teoretis dengan banyaknya gempa yang terjadi itu kan ada rilis energi yang dikeluarkan ketimbang energi yang terakumulasi justru ketika terjadi gempa, gempanya besar. Jadi, dengan adanya gempa-gempa kecil pada dasarnya membantu mengurangi gempa besar," kata dia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

PPDI Merah Putih Ingin Berpatisipasi MBG dan KDMP

Minggu, 21 Desember 2025 | 18:00 WIB
X