Muzakir Manaf: Bupati cengeng dan menyerah hadapi musihab silakan mengundurkan diri

photo author
- Jumat, 5 Desember 2025 | 16:55 WIB
Gubernur Aceh Muzakkir Manaf.  (ANTARA/Hayaturrahmah )
Gubernur Aceh Muzakkir Manaf. (ANTARA/Hayaturrahmah )

HARIAN MERAPI - Bupati atau kepala daerah yang cengeng dan tidak mampu menangani bencana banjir di wilayahnya lebih baik mengundurkan diri.

Hal itu ditegaskan Gubernur Aceh Muzakir Manaf di Aceh Timur, Jumat (5/12/2025).

"Kalau ada bupati yang cengeng dan menyerah menghadapi musibah ini, silakan mengundurkan diri atau turun dari jabatan. Kita ganti dengan yang lain, yang siap bekerja untuk rakyat," katanya seperti dilansir Antara.

Pernyataan tersebut disampaikan Gubernur Aceh Muzakir Manaf menyikapi adanya sejumlah kepala daerah yang menyatakan ketidaksanggupan dalam menangani bencana banjir di wilayahnya.

Menurut Gubernur, banjir yang terjadi saat ini bukan bencana biasa. Banjir yang melanda Aceh sebagai tsunami jilid kedua, karena dampak dan luas wilayah terdampaknya lebih parah dari peristiwa tsunami pada 2004.

Baca Juga: Tahap pertama, 29 relawan Muhammadiyah DIY diberangkatkan ke Aceh untuk membantu korban bencana alam banjir dan tanah longsor

"Kalau tsunami 2004, air hanya datang sekitar dua jam. Akan tetapi, bencana banjir kali ini, air menggenangi rumah warga sampai lima hari lebih. Ini penderitaan luar biasa bagi rakyat Aceh," katanya.

Berdasar data sementara, kata dia, sedikitnya lima wilayah di Aceh mengalami banjir dengan kategori berat, yakni Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Tamiang, Kabupaten Aceh Utara, sebagian wilayah Kabupaten Bireuen, dan sebagian Kabupaten Aceh Tengah.

Di wilayah-wilayah tersebut, ribuan rumah terendam, akses transportasi terputus, aktivitas ekonomi lumpuh, serta ribuan warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman, bahkan ada laporan korban meninggal dunia, warga sakit, hingga fasilitas umum, seperti rumah sakit, sekolah, dan jembatan mengalami kerusakan parah.

Muzakir Manaf secara tegas memerintahkan seluruh jajaran pemerintahan di tingkat bawah, mulai dari camat hingga keuchik (kepala desa), untuk bersikap proaktif dalam penanganan bencana.

Baca Juga: Jogja ada Clandestine Narkoba ?

"Tidak boleh ada camat atau keuchik yang hanya menunggu instruksi. Semua harus bergerak, turun ke lapangan, memastikan rakyat tertolong, dapur umum berjalan, bantuan sampai, dan tidak ada yang kelaparan," katanya.

Gubernur mengingatkan agar tidak ada kepala daerah yang bersikap main aman atau takut mengambil keputusan di tengah kondisi darurat. Saat situasi bencana, yang dibutuhkan adalah keberanian, kecepatan, dan kepedulian.

"Kepala daerah itu dipilih rakyat untuk bekerja dalam kondisi tersulit sekalipun, bukan untuk mengeluh. Rakyat butuh pemimpin yang berdiri di barisan terdepan, bukan yang lari dari tanggung jawab," katanya.

Terkait dengan kesehatan, Gubernur mengatakan telah mendatangkan dokter dari Malaysia untuk membantu merawat pasien yang terdampak banjir, khususnya korban dengan kondisi berat serta penyakit setelah banjir, seperti infeksi, diare, inspeksi saluran pernapasan, dan penyakit kulit.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X