Proyek Gerbang Bergaya Candi Bentar di Gedung Sate, Pengamat: Megah secara Visual tapi Hampa Manfaat

photo author
- Senin, 24 November 2025 | 08:30 WIB
Salah satu gerbang di Gedung Sate yang tengah direvovasi menjadi bentuk candi bentar.  (ANTARA/Ricky Prayoga)
Salah satu gerbang di Gedung Sate yang tengah direvovasi menjadi bentuk candi bentar. (ANTARA/Ricky Prayoga)

HARIAN MERAPI - Pengamat kebijakan publik dari Universitas Parahyangan (Unpar), Kristian Widya Wicaksono menilai gerbang bergaya candi bentar di Gedung Sate memiliki paradoks, yakni megah secara visual namun hampa manfaat bagi masyarakat Jabar yang tengah bergulat dengan realitas ekonomi.

Proyek pilar gerbang yang kini masih dalam tahap pembangunan itu, menurut Kristian, mencerminkan ketimpangan fatal dalam politik anggaran antara prioritas pemerintah dengan kebutuhan riil warga.

"Secara fisik tampak megah, seolah menunjukkan ada pergerakan pembangunan. Tapi ketika dibenturkan dengan realitas ekonomi masyarakat Jawa Barat saat ini, itu terasa hampa karena tidak menyentuh akar persoalan publik," ujarnya yang dilansir dari ANTARA di Bandung, Minggu (23/11).

Baca Juga: Banyak muncul masalah sosial, MUI tetapkan fatwa untuk pajak yang berkeadilan

Menurut Kristian, lolosnya anggaran ini dalam APBD memang menandakan adanya kesepakatan formal antara pemerintah daerah dan DPRD.

Namun, ia juga mempertanyakan urgensi "mempercantik" pagar kantor pemerintahan di saat daya beli dan kesejahteraan masyarakat sedang membutuhkan stimulus nyata.

Lebih lanjut, Kristian menyebut fenomena ini sebagai proyek "mercusuar" pembangunan yang mengejar efek visual dan simbolik semata.

Baca Juga: Beberapa letusan masih terjadi, Gunung Semeru masih berstatus Awas

Sehingga, kata dia, publik berhak menggugat transparansi alasan di balik prioritas pemugaran pagar dibandingkan program yang berdampak langsung pada kualitas hidup manusia.

Utamanya pada angka Rp3,9 miliar yang digelontorkan untuk gerbang itu, ditambah paving blok area parkir.

Kristian menekankan bahwa narasi efisiensi yang selama ini didengungkan pemerintah, seharusnya tidak hanya dimaknai sebagai pemotongan anggaran, melainkan juga soal ketepatan alokasi "input" untuk menghasilkan "output" yang bermakna.

"Apakah Rp3,9 miliar untuk pagar dan gapura (dan lapangan parkir) itu lebih bermakna dibanding jika dialokasikan untuk program yang berdampak langsung pada kesejahteraan ekonomi warga?" katanya. *

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Sutriono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X