Penyebab siswa keracunan makanan MBG harus diungkap tuntas, supaya tidak terulang

photo author
- Minggu, 21 September 2025 | 22:00 WIB
Anggota Komisi IV Bidang Pendidikan dan Kesehatan DPRD Kabupaten Garut Yudha Puja Turnawan (kiri) menemui sejumlah siswa pasien yang dirawat karena mengalami keracunan makanan di Puskesmas Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (19/9/2025). ( ANTARA/HO-DPRD Garut )
Anggota Komisi IV Bidang Pendidikan dan Kesehatan DPRD Kabupaten Garut Yudha Puja Turnawan (kiri) menemui sejumlah siswa pasien yang dirawat karena mengalami keracunan makanan di Puskesmas Kadungora, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (19/9/2025). ( ANTARA/HO-DPRD Garut )

HARIAN MERAPI - Pemerintah diharapkan bisa mengungkap tuntas penyebab ratusan siswa keracunan makanan yang diduga dari menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Kadungora.

"Banyak yang perlu diperiksa, diuji lab gitu kan, dari kualitas wilayah, bukan hanya oleh Dinas Kesehatan, tapi juga Dinas LH (Lingkungan Hidup) untuk bisa diketahui penyebabnya," kata anggota Komisi IV Bidang Pendidikan dan Kesehatan DPRD Kabupaten Garut, Jawa Barat, Yudha Puja Turnawan saat dihubungi melalui telepon seluler di Garut, Minggu (21/9/2025).

Ia menuturkan ratusan siswa harus mendapatkan penanganan medis di puskesmas setelah mengeluhkan sakit dengan gejala keracunan makanan yang diduga setelah menyantap MBG di sekolahnya yang disediakan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Al-Bayyinah di Desa Karangmulya, Kecamatan Kadungora.

Kondisi tersebut, kata dia, harus menjadi perhatian pemerintah daerah melalui dinas terkait untuk mencari tahu penyebab siswa keracunan dengan tidak hanya memeriksa bahan baku, tapi juga proses pengolahan, sanitasi, dan kualitas air yang digunakan, juga sudah memiliki atau tidak Sertifikat Layak Higiene Sanitasi (SLHS).

Baca Juga: Seberapa penting TNI tambah alutsista baru? Begini jawaban Panglima TNI

"Kondisi sanitasi, higienis juga kan ini, SPPG yang bersangkutan sudah ada belum izin SLHS," katanya seperti dilansir Antara.

Yudha setelah mendapatkan informasi keracunan siswa langsung mengecek ke lapangan dengan mendatangi SPPG tersebut meski ditolak tidak bisa menemui langsung dengan pihak penyedia MBG tersebut.

Namun, Yudha mengaku sempat mendapatkan informasi dari sejumlah siswa yang menjalani perawatan medis di Puskesmas Kadungora yang menjelaskan awal mula menerima dan saat menyantap makanan MBG di sekolahnya yang dirasakannya sudah basi.

"Karena terlalu lama durasinya, terlalu jedanya lama itu, dari masa ke distribusi, pada 16 September itu hari Selasa kan ya, itu dimasak jam 1 dini hari dimakan Dzuhur," katanya.

Ia mengungkapkan Dinkes Garut saat ini sedang melakukan uji laboratorium yang diketahui hanya mengambil sampel sisa bahan baku MBG di lemari pendingin di SPPG, yang tentu nanti hasilnya bisa jadi tidak beracun.

Baca Juga: DV jadi korban penganiayaan orang tidak dikenal di Terban

Seharusnya, kata dia, tidak hanya menguji bahan baku makanan, tapi juga sumber air, kemudian sanitasinya, dan termasuk pengecekan lainnya seperti sumber air untuk memastikan tidak ada bakteri yang mencemari menu MBG tersebut.

"Apakah sudah tercemar E. coli apa tidak gitu kan, jadi alternatif penyebab keracunan itu banyak kan, yang menyebabkan siswa mengalami diare, mual, pusing," katanya.

Ia berharap kejadian seperti ini tidak terulang kembali menimpa anak-anak di sekolah penerima makanan gratis di masa yang akan datang, dan sudah seharusnya setiap SPPG sudah memiliki SLHS.

Hasil informasi yang dihimpun di lapangan, kata Yudha, pihaknya merekomendasikan kepada pemerintah maupun penyelenggara MBG untuk menindakalanjuti pemeriksaan laboratorium terhadap sampel makanan dan air, kemudian evaluasi rutin proses produksi pangan di SPPG agar sesuai standar kebersihan pangan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X