Sekaligus keinginan dari warga RT setempat untuk bisa melestarikan budaya warisan leluhur. Sehingga, pihaknya membuat gawang kelir wayang berbahan triplek.
Lalu ada tokoh wayang Punakawan, ukurannya tiga kali lipat dari wayang kulit standar dan terbuat dari bahan spon ati. Dipilihnya, Punakawan ada sejumlah alasan tersendiri.
“Punakawan mengajarkan pentingnya kesederhanaan, kebijaksanaan, gotong royong, kerukunan dan kekuatan berkomunitas,” ungkap Surya yang juga instruktur Prodi Kriya Kulit di Akademi Komunitas Negeri Seni dan Budaya (AKNSB) Yogyakarta.
Baca Juga: Polres Sukoharjo Ungkap Kasus Penyalahgunaan Narkotika Jenis Tembakau Sinte di Grogol
Adanya gawang kelir tersebut, lanjutnya, bisa pula menjadi sarana edukasi mengenalkan budaya wayang pada masyarakat. Bahkan, bisa menjadi cerminan kehidupan warga RT 24 Kauman Babadan yang selalu menjaga gotong royong dan kerukunan antar warga.
“Selain itu, kami juga membangun dua gapura sebelum masuk wilayah RT 24 Kauman Babadan, ada juga mural aneka motif batik di tembok-tembok rumah warga dan bangunan sekolah,” ungkap Surya. *