Kekosongan Dubes AS di Tengah Tarif Respirokal Donald Trump, Bagaimana Nasib Indonesia?

photo author
- Sabtu, 12 April 2025 | 09:00 WIB
Kekosongan Dubes AS saat tarif respirokal Donald Trump berdampak ke Indonesia.  (instagram.com/realdonaldtrump)
Kekosongan Dubes AS saat tarif respirokal Donald Trump berdampak ke Indonesia. (instagram.com/realdonaldtrump)

Delegasi Indonesia dalam perundingan tarif ini akan dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Ia optimis, perundingan dengan otoritas AS bisa berjalan optimal karena dilakukan antar-pejabat setingkat menteri.

Sejalan dengan itu, Airlangga mengungkapkan bahwa Indonesia tengah merancang sejumlah opsi negosiasi yang akan dibawa dalam forum resmi di Washington.

Langkah diplomasi dipilih pemerintah sebagai jalan keluar yang saling menguntungkan tanpa perlu melakukan aksi balasan terhadap tarif dari AS.

Baca Juga: Pilu Inul Daratista Dampingi Eyang Titiek Puspa Embuskan Napas Terakhir, Sebut Kondisi Almarhumah Sempat Membaik, Lalu Berangsur Menurun

"Indonesia sendiri akan mendorong beberapa kesepakatan dan dengan beberapa negara ASEAN, menteri perdagangan juga berkomunikasi selain dengan Malaysia juga dengan Singapura, dengan Kamboja dan yang lain untuk mengkalibrasi sikap bersama ASEAN," ujar Airlangga.

Sebelum pertemuan bilateral dengan Amerika Serikat, Indonesia dijadwalkan bertemu dengan pimpinan negara-negara ASEAN pada 10 April 2025 untuk menyamakan langkah.

Dalam diskusi dengan para pelaku usaha, pemerintah menyampaikan bahwa telah menyiapkan empat strategi utama.

Pertama, Indonesia akan mengusulkan revitalisasi perjanjian Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang dinilai sudah usang karena ditandatangani sejak 1996.

Baca Juga: AS tunda penerapan tarif selam 90 hari, OJK tetap petakan langkah mitigasi dampak tarif AS ke sektor jasa keuangan

"Karena TIFA sendiri secara bilateral ditandatangani di tahun 1996 dan banyak isunya sudah tidak relevan lagi sehingga kita akan mendorong (revitalisasi) berbagai kebijakan itu masuk dalam TIFA," jelas Airlangga.

Kedua, pemerintah menawarkan deregulasi kebijakan Non-Tariff Measures (NTMs), termasuk relaksasi aturan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) untuk sektor TIK, serta evaluasi larangan ekspor-impor barang tertentu ke dan dari AS.

Ketiga, Indonesia siap memperbesar volume impor dan investasi dari AS, termasuk melalui pembelian minyak dan gas bumi.

Baca Juga: Lawan Tuan Rumah PSBS Biak di BRI Liga 1, PSS Sleman Kalah Kelas, Dua Eks Pemain Laskar Sembada Beri Mimpi Buruk

Solusi keempat mencakup pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, seperti penurunan bea masuk, PPh impor, dan PPN impor untuk mendongkrak impor dari AS sekaligus menjaga daya saing ekspor Indonesia.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X