Dalam pidatonya, Walikota Yogyakarta juga menyampaikan keprihatinan atas fenomena pernikahan dini dan hubungan seksual di kalangan remaja.
Disebutkan bahwa rata-rata usia pernikahan remaja putri di Indonesia adalah 22 tahun, namun rata-rata hubungan seksual pertama terjadi pada usia 16 hingga 17 tahun.
Hal ini, menurut Wlikota, menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara kematangan fisik, emosional, dan psikologis remaja dengan perilaku mereka.
Walikota menekankan pentingnya pendidikan seksual yang tepat dan berbasis nilai-nilai agama serta budaya untuk mencegah perilaku yang tidak diinginkan.
Di akhir pidatonya, Walikota Yogyakarta menyerukan kepada seluruh masyarakat untuk meningkatkan peran keluarga dan lingkungan dalam membina remaja.
Walikota mengajak semua pihak untuk bersama-sama menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan remaja, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi generasi yang berkualitas dan bertanggung jawab.
Pidato Walikota Yogyakarta ini diharapkan dapat menjadi pengingat bagi seluruh masyarakat untuk lebih peduli terhadap masalah sosial yang dihadapi oleh remaja dan keluarga, serta bersama-sama mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut demi masa depan bangsa yang lebih baik.
Mengakhiri safarinya Walikota menyerahkan sumbangan untuk pengembangan masjid Al Fajar sebesar 10 juta rupiah dan dari BAZNAS kota 2 jt rupiah, dan juga beberapa bingkisan dari perpusda, Kantor Kemenag Yogyakarta, BRI dan PDAM Yogyakarta.
Pada kesempatan lain, Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. berharap agar Walikota yang baru berjuang secara maksimal dengan program-programnya untuk menjadikan Kota Yogyakarta sebagai ikon pendidikan nasional. *
