HARIAN MERAPI - Masjid Tiban yang berada di Mangunadi, Krinjing, Kajoran, Magelang, konon dahulunya merupakan sebuah makam kuno.
Sebuah masjid kuna peninggalan masa kewalian pada era awal penyebaran agama Islam di Jawa, sampai kini masih dilestarikan masyarakat setempat bahkan diperluas bangunannya.
Masjid ini berada di dusun Mangundadi desa Krinjing Kecamatan Kajoran Kabupaten Magelang, di kaki timur Gunung Sumbing.
Baca Juga: Tujuh bentuk birrul walidain, di antaranya menghormati, menghargai, dan melayani dengan baik
Letaknya di lereng perbukitan dengan ketinggian lebih kurang 675 meter di atas permukaan laut. Dusun ini dikelilingi hutan lindung Perhutani yang banyak ditumbuhi pohon mahoni dan pinus.
Penduduknya yang berjumlah + 150 kepala keluarga, sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani.
Masyarakat di sini masih kuat dalam melestarikan tradisi, merawat dan menghormati peninggalan leluhur (pepundhen) dan mengembangkan kesenian rakyat.
Masyarakat desa Mangundadi menyebut masjid ini sebagai ‘Masjid Tiban’, karena konon keberadaannya secara tiba-tiba.
Menurut penuturan pak Djafar, tokoh masyarakat setempat, masjid Tiban ini dibangun oleh R. Sayid, R. Sidik dan R. Santri yang masih trah keturunan mBah Bayat (Sunan Bayat).
Mereka adalah para santri Sunan Kalijaga yang kala itu berkelana menyebarkan agama Islam di daerah ini, di mana pada jaman itu masih banyak hutan belantara.
Konon masjid Tiban ini dibangun pada malam hari sekitar pukul 02.00 dinihari pada tanggal 2 Sura 1627.
Karena ketika mereka akan melaksanakan sholat, di daerah ini belum ada tempat untuk sholat, masjid atau pun surau.
Sehingga mereka membuat sebuah bangunan ‘masjid’ sederhana sebagai tempat sholat berupa sebuah gubug kecil.