Jika Terpaksa Berhenti, Harus Mendirikan Masjid

photo author
- Sabtu, 26 Juni 2021 | 08:40 WIB
05Sunan Geseng-3
05Sunan Geseng-3

SUNAN GESENG MURID SETIA SUNAN KALIJAGA (3)
Menurut ceritera legenda versi Purworejo, tempat penantian itu di desa Megulung, di daerah Bagelen. Tetapi menurut legenda versi Yogyakarta, tempat itu ada di desa Muladan yang terletak di Dlingo, Bantul. Nama itu berasal dari kata “mulad-mulad”, artinya api yang berkobar. Dari desa itu Geseng diajak melanjutkan perjalanan ke arah timur.

DI SUATU tempat, Sunan Kalijaga menancapkan tongkatnya dan menyembullah mata air. Luapan air dari mata air itu berubah menjadi sebuah sendhang, dimana Geseng mandi membersihkan badannya setelah hangus terbakar. Tempat itu kini bernama Sendang Banyuurip dan sungai tempat mandi Geseng adalah Kedung Pucung. Desa dimana Geseng mulai nyantri dan mengaji kini disebut Ngajen. Desa-desa ini juga berada di wilayah Dlingo, Bantul.

-
Jalan berundak menuju ke cungkup makam Sunan Geseng. (Foto: Amat Sukandar)

Ceritera legenda versi juru kunci makam Sunan Geseng di Tirto, Mochammad Abdurrohim, Ki Cakrajaya mengikuti Sunan Kalijaga sampai ke Demak. Ketika para wali mendirikan masjid Demak, Sunan Kalijaga menyumbangkan sebuah ‘saka guru’ atau tiang utama yang dibuat dari tatal (sisa-sisa kayu). Tiang tatal itu terlalu panjang dan dipotong. Potongan tiang tatal itu diberikan kepada Sunan Geseng untuk dibawa ke kampung halamannya, Bagelen.

Ketika Sunan Geseng merasa ilmu agama yang ditimbanya sudah cukup, dia berpamitan kepada Sunan Kalijaga. Dia ingin menyebarkan agama Islam di daerah asalnya. Sambil memberikan potongan tiang tatal Sunan Kalijaga berpesan kepada Sunan Geseng, “Janganlah kau berhenti berjalan bila membawa potongan tiang tatal ini. Tetapi bila kamu lelah dan terpaksa berhenti, maka di situlah kamu harus mendirikan masjid dan pesantren.” Dengan memegang teguh pesan sang guru, Sunan Geseng berpamitan untuk pulang ke desa asalnya, Bagelen, Purworejo.

Namun, ketika sampai di kaki Gunung Andong desa Kleteran Grabag di wilayah Magelang, karena sangat kelelahan Sunan Geseng berhenti dan meletakkan potongan tiang tatal itu. Dan di desa inilah Sunan Geseng kemudian mendirikan sebuah masjid dan pondok pesantren. Sampai kini masjid dan pesantren itu masih ada dengan nama ‘Pondok Pesantren Sunan Geseng’.

Cara berdakwah Sunan Geseng sangat santun dan arief, dengan pendekatan budaya masyarakat Jawa seperti yang di lakukan gurunya, Sunan Kalijaga. Misalnya, dia berdakwah dengan menggunakan media wayang kulit, melakukan selamatan yang tujuannya untuk bersedekah dan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, serta memuliakan tamu-tamu santri, umat, masyarakat, punggawa kerajaan yang diajak
berdzikir dan puji-pujian. Dengan cara itulah masyarakat Jawa yang kala itu masih banyak yang memeluk agama Hindhu, Buddha bahkan berkeyakinan Animisme dan Dinamisme diajak untuk memeluk agama Islam. (Amat Sukandar)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: admin_merapi

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X