HARIAN MERAPI - Kata tetenger berasal dari Bahasa Jawa dengan kata dasar tenger, yang berarti tanda. Secara umum, tetenger sebagai pengingat akan sesuatu, alat bantu referensi yang mengarahkan pada tujuan, bukan tujuan itu sendiri.
Nah, di Yogyakarta ada tetenger monumen Syuhada Fii Sabilillah Kauman Darussalaam yang berada di kompleks kampung Kauman Yogyakarta.
Keberadaan tetenger ini diperuntukkan bagi warga Kauman yang telah gugur di Masa Revolusi.
Baca Juga: Kufur nikmat muncul karena kesombongan diri
Bentuk tetenger ini sangat khas, dan terdiri atas dua bagian. Dilansir dari laman jogjakota.go.id, bagian pertama adalah prasasti yang letaknya di bagian bawah.
Prasasti ini menjadi keterangan identitas tetenger, sekaligus sebagai penanda tetenger.
Bunyi prasasti pada tetenger di Kampung Kauman “Monumen Syuhadaa Fii Sabilillaah Kauman Darussalaam Diresmikan Pada Tanggal 23 Rabiul Awal 1416/ 20 Agustus 1995 M oleh Komandan Komando Distrik Militer 0734/ Yogyakarta”.
Keterangan pada bagian bawah merupakan keterangan tentang waktu peresmian tetenger di kampung Kauman.
Pada keterangan tersebut juga menyebutkan bahwa yang meresmikan adalah Komandan Kodim Yogyakarta. Waktu peresmian dilakukan pada tahun 1995.
Bagian kedua sebagai bagian inti tetenger memiliki bentuk persegi yang memanjang ke atas. Terdapat dua dinding berbentuk setengah lengkung yang berada di sisi kanan dan sisi kiri.
Bagian utama memiliki warna dasar hitam. Pada bagian atas adalah terdapat dua bendera merah putih yang bagian tongkatnya disilangkan.
Merah putih merupakan lambang kemerdekaan Indonesia dan tujuan dari semua perjuangan yang dilakukan oleh semua pejuang.
Baca Juga: Cuti bersama ASN sepanjang 2025 sudah diteken Presiden Prabowo, berikut rinciannya
Di bawah bendera merah putih terdapat lambang bulan sabit yang menjadi bagian dari simbol Islam. Di bagian bawahnya terdapat nama-nama Syuhada Fii Sabilillaah Kauman 1945-1949. Syuhada secara harfiah berarti orang-orang yang mati syahid.