Rekayasa Genetik Tanaman Pangan, Benih Hortikultura Karanganyar Dinikmati Indonesia dan Dunia

photo author
- Sabtu, 5 Oktober 2024 | 08:45 WIB
Mulyono Herlambang menunjukkan varian-varian buah dan sayur unggulan hasil pembibitan holtikultur.  (Abdul Alim)
Mulyono Herlambang menunjukkan varian-varian buah dan sayur unggulan hasil pembibitan holtikultur. (Abdul Alim)

HARIAN MERAPI - Sebagian buah dan sayur hibrida kegemaran dunia, ternyata dikembangkan pembibitannya di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tanaman hortikultura itu dilahirkan dari belasan ribu percobaan genetika hingga menghasilkan varian unggulan.

Ada 35 varian tanaman hortikultura milik CV Multi Global Agrindo telah mendapatkan lisensi dari Kementrian Pertanian usai didaftarkan dan lolos uji keunggulan di perusahaan dan kebenaran varietas oleh perguruan tinggi.

Dibutuhkan waktu tak sebentar dan upaya tak sederhana mulai pencarian plasma nutfah, seleksi galur terbaik, penyilangan sifat, melahirkan keturunan terbaik hingga lolos uji.

Baca Juga: Belum Ditahan, Tersangka Kasus Kekerasan Seksual Anak di Kalbar Dilantik Jadi Anggota DPRD: Begini Kata Kompolnas

Direktur OISCA TC Karanganyar sekaligus pemilik CV Multi Global Agrindo, Mulyono Herlambang mengatakan proses tersebut memakan waktu 10 tahun.

"Setelah varian unggul lahir, dilanjutkan ke pemasaran. Bridingnya lama, apalagi memasukkannya ke pasar," katanya di sela tinjauan pejabat Pemkab Karanganyar di bank benih perusahaannya, Jumat (4/10/2024).

Fasilitas pembibitan berada di hampir semua ruangan di rumahnya di Karangpandan. Selain itu, terdapat pula rumah kaca untuk menumbuhkan tanaman buah dan sayur.

Varian itu diberi nama-nama unik, antara lain cabai Karanganyar CK 22, melon asli Indonesia (MAI), suka usaha melon (SUMO), dan melon lahir di Karanganyar (Ladika).

Baca Juga: KPK Sebut Tiga Tersangka Dugaan Korupsi APD Covid 19, Begini Kronologi Kasus Bermula

Hasil rekayasa genetika pada tanaman diperjuangkan sampai memperoleh sertifikat karya intelektual. Ia tak mengizinkan karyanya dicuri maupun dibeli.

"Pernah satu varian ada yang ingin memiliki hak, ditawar Rp2,5 miliar. Saya enggak bersedia. Mana ada orang tua menjual anak," katanya mengibaratkan varian tanamannya darah daging sendiri.

Ilmu merekayasa genetika tanaman tak berakhir di dirinya. Pria 73 tahun ini membuka kelas pembelajaran bagi peserta didik sekolah kejuruan dan mahasiswa di jurusan terkait.

Saat ini, OISCA Karanganyar dipercaya tujuh perguruan tinggi dan enam SMK untuk tempat belajar luar kelasnya pada program magang dan tugas akhir.

Baca Juga: Anggota DPR tak lagi dapat rumah dinas, Sekjen: IKN jadi salah satu faktor pertimbangan

Ia menganjurkan siswa-siswanya berburu plasma nutfah tanaman sampai ke semua penjuru dunia, sebagaimana ia melakukannya selama ini.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X