HARIAN MERAPI - Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mendesak Hamas untuk menerima perjanjian baru yang diusulkan Israel.
Menurut David Cameron, Sabtu, itu dilakukan untuk mengakhiri konflik di Jalur Gaza.
Hal tersebut disampaikan Cameron melalui video di platform X.
Cameron menekankan pentingnya memanfaatkan kesempatan untuk membebaskan sandera dan membanjiri Gaza dengan bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan.
Baca Juga: Tim Juleha dan dosen UGM berbagi ilmu seputar tata cara penyembelihan hewan kurban hingga asah pisau
“Ini adalah momen yang penting dan harus kita manfaatkan untuk mengakhiri konflik ini, tidak hanya saat ini, tetapi secara permanen,” katanya.
Cameron menyoroti hal penting dari proposal tersebut dan mendesak Hamas untuk menerima kesepakatan tersebut guna membuka jalan bagi gencatan senjata yang berkelanjutan dan solusi politik.
“Hal pertama yang perlu dilakukan adalah Hamas harus menerima kesepakatan ini. Artinya, para sandera akan dibebaskan dan Gaza bisa dibanjiri bantuan, sesuatu yang sudah lama kami serukan,” ucapnya.
Setelah itu, lanjutnya, sangat penting untuk menggunakan penghentian pertempuran untuk membangun gencatan senjata permanen yang berkelanjutan dan solusi politik terhadap masalah yang sudah berlangsung lama.
Baca Juga: Pemkab Bantul Berlakukan Lima Zona dalam PPDB Jalur Zonasi Tahun Ajaran 2024, Apa Saja?
“Yang jelas, sejumlah syarat harus dipenuhi. Jelas bahwa Gaza tidak dapat diperintah oleh Hamas dan Israel memerlukan jaminan atas keamanan. Tapi ini juga jelas, kita perlu mendukung Otoritas Palestina dan menetapkan parameter seperti apa negara Palestina nantinya,” tambahnya.
Cameron turut mendesak negara-negara lain, khususnya negara-negara Arab, untuk berkontribusi pada upaya keamanan.
Hal itu termasuk mendesak negara-negara seperti Inggris untuk mendukung dan mendanai Otoritas Palestina, lanjutnya.
“Kita semua perlu bekerja sama dengan Israel dan rakyat Palestina untuk mewujudkan kondisi perjanjian jangka panjang yang akan membawa perdamaian dan stabilitas di kawasan. Dibutuhkan kompromi yang sulit; perlu kerja keras,” tuturnya.