"Saat itu kami mengumpulkan dan memilah sampah untuk intimasi penjualan sampah yang dijadikan biaya sekolah bagi siswa tidak mampu," jelasnya.
Waktu berlalu, saat ini program GSS sudah berjalan dengan sistem yang tertata dan terorganisasi dengan prinsip filantropi lingkungan.
Anak-anak terlibat dan antusias berkontribusi dalam kegiatan ini.
SMP Muhdasa telah memilih 24 anak satgas sampah menjaga koordinasi pengelolaan sampah berjalan lancar dan meraih tujuan zero waste, charity waste.
Baca Juga: BMKG Prakirakan Durasi Musim Hujan di DIY Berlangsung Lebih Pendek
Terhitung hingga saat ini, ada 30 anak yatim, piatu, dan dhuafa yang telah dibantu GSS.
Esti juga memohon dukungan dari seluruh pihak untuk mengembangkan program ini. Mendukung GSS, LazisMu telah membantu memberikan mobil untuk mendukung akomodasi pengelolaan sampah.
Di akhir acara, Iwan Setiawan, Wakil Ketua PWM DIY menyampaikan pesan untuk tidak hanya berbicara saja, tapi juga beraksi melakukan.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi masalah sampah. "Gunakan sistem ATM, amati tiru modifikasi yang menginspirasi memulai untuk mengelola sampah," paparnya.
Baca Juga: Hati-hati, hasil survei politik bisa dijadikan sarana kampanye
Ia juga berharap bahwa program seperti ini dapat diaplikasikan oleh sekolah-sekolah lain dan berkolaborasi antara lembaga AUM Muhammadiyah untuk mengurangi sampah dengan SMP Muhammadiyah 10 sebagai pilot project.
"Saya rasa ini bisa menjadi contoh pembelajaran bagi yang lain. Sekolah Muhammadiyah harus bisa menjadi solusi terkait masalah sampah," tutupnya. *