Ini kunci agar gen milenial dan Z betah bekerja menurut pakar, biasanya mereka mobilitas tinggi namun loyalitas rendah.

photo author
- Senin, 27 Oktober 2025 | 11:00 WIB
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya (UAJ) Prof Dr Sylvia Diana Purba SE ME pada pengukuhannya sebagai guru besar di Jakarta, Rabu (21/10/2025). ( ANTARA/HO-UAJ)
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya (UAJ) Prof Dr Sylvia Diana Purba SE ME pada pengukuhannya sebagai guru besar di Jakarta, Rabu (21/10/2025). ( ANTARA/HO-UAJ)



HARIAN MERAPI - Generasi milenial maupun gen Z punya cara sendiri dalam bekerja.


Apa kuncinya agar mereka betah bekerja ? Berikut analisis ahli terkait gen milenial dan gen Z agar betah bekerja.


Generasi Y atau milenial dan generasi Z kerap disebut sebagai generasi yang memiliki mobilitas karier yang tinggi, tapi memiliki loyalitas yang rendah.

Baca Juga: Dengan dihadirkannya stand UMKM, orang tua wisudawan bisa belanja aneka olahan lele, singkong hingga bakpia untuk buah tangan

Generasi milenial merupakan generasi yang lahir pada rentang 1981 hingga 1996, sedangkan generasi Z merupakan generasi yang lahir pada 1997 hingga 2011. Kedua generasi ini kini mendominasi komposisi angkatan kerja dan berperan dalam menjaga kesinambungan fungsi sumber daya manusia.

Sejumlah studi menunjukkan bahwa generasi Y dan generasi Z memiliki tingkat komitmen organisasi lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya.

Kedua generasi tersebut tidak bisa diperlakukan dengan pola pendekatan sumber daya manusia (SDM) gaya lama. Generasi milenial dan generasi Z yang tumbuh pada era digital, melek akan teknologi, lebih fleksibel, memiliki kebebasan berekspresi dan membutuhkan lingkungan kerja yang mendukung kreativitas.

Baca Juga: Ramalan zodiak cinta dan karir Gemini besok Selasa 28 Oktober 2025, orang-orang terkasih akan membawa sukacita dalam hidup Anda

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Atma Jaya (UAJ) Prof Dr Sylvia Diana Purba SE ME, mengatakan perlu adanya pendekatan baru agar kedua generasi itu betah di tempat kerja.

"Pendekatan manajemen sumber daya manusia perlu beradaptasi dengan kebutuhan mereka, seperti melalui penerapan kerja fleksibel atau hibrida," kata Sylvia di Jakarta, Ahad (26/10).

Penerapan sistem kerja yang fleksibel tersebut diyakini mampu meningkatkan kepuasan kerja dan memperkuat komitmen terhadap organisasi.

"Sistem kerja hibrida adalah model kerja yang menggabungkan kehadiran fisik di tempat kerja (on-site) dengan kerja jarak jauh (remote work), baik dari rumah maupun di lokasi lainnya," kata Sylvia yang baru dikukuhkan sebagai guru besar dengan orasi ilmiahnya berjudul “Menjaga Employee Sustainability: Implementasi Sistem Kerja Hibrida dalam Meningkatkan Komitmen Millenial dan Gen Z, Tantangan dan Peluang” tersebut.

Baca Juga: PSDM LPI Salsabila sukses selenggarakan Diklat Berjenjang Guru Tangguh 2025

Sistem kerja hibrida, lanjut dia, merupakan bagian dari praktik flexible working arrangements dalam manajemen sumber daya manusia modern, yang memungkinkan organisasi untuk menyesuaikan struktur kerja dengan kebutuhan bisnis dan preferensi karyawan sekaligus mengoptimalkan komitmen dan keterlibatan kerja.

Sylvia menjelaskan Gen Z menunjukkan komitmen paling rendah, tapi memiliki interaksi tinggi saat nilai pribadi selaras dengan organisasi, sementara milenial relatif lebih stabil dengan tuntutan makna kerja, fleksibilitas, dan kesejahteraan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X