Baca Juga: Buktikan anak down syndrome bisa bersinar, Janice Felicia garap mini album 'Aku dan Kamu Bisa'
“Cukup banyak kasusnya seperti pangan laut dari jenis bercangkang atau crustacea dan jenis mollusca dan beberapa jenis ikan laut yang tersering tuna, tongkol dan salmon, bahkan ikan air tawar dan payau seperti jenis tilapia dan bandeng juga dapat memicu alergi,” kata dia.
Beberapa jenis komponen asam amino lain, kata Pande, seperti arginine yang juga banyak ditemukan di kacang-kacangan, dapat menjadi salah satu faktor yang memicu alergi karena kacang-kacangan dan produk kedelai.
Menurut dia, protein hewani bisa diganti sepenuhnya dengan protein nabati terutama bagi mereka yang memilih pola makan vegetarian. Namun, bukan berarti pemberian protein nabati sepenuhnya tidak ada potensi alergi.
“Karena produk nabati juga ada dan pada beberapa kasus dapat memicu kematian karena terjadinya afiksia,” ujar dia.
Lebih lanjut, dokter Pande menyarankan penggunaan sumber protein untuk produk massal seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) disarankan penggunaan komponen yang cenderung aman seperti pangan unggas, telur, daging putih atau merah, dan protein nabati seperti tempe dan tahu.
Namun yang terpenting kontrol dan pengawasan dalam pengolahan, penyimpanan dan pengantaran, serta adanya evaluasi harian ke anak-anak karena alergi bersifat individual.*