Di Hutan Wanalipura Danang Sutawijaya justru mendapat ketentraman hati. Ia pun tak hentinya bermunajat di atas batu tersebut. Ia tak henti-hentinya berdoa dan berdzikir memohon pertolongan kepada Sang Pencipta. Ia yang akan diamanahi menjadi raja mulai merasakan kebimbangan.
MAKA dari itu, untuk memantapkan keteguhan hati Danang Sutawijaya memilih menyendiri dan menghabiskan waktunya berserah diri kepada Sang Pencipta di atas batu yang kini disebut Gilang Lipuro.
Dalam pertapaan yang ia lakukan mendapat berbagai gangguan dari para peri dan penjaga hutan. Mereka berniat menggagalkan pertapaan Danang Sutawijaya. Mereka terus menggangunya mencoba memecahkan konsentrasi Danang Sutawijaya.
Baca Juga: Ahli Sebut Wayang Kulit Efektif Sosialisasikan Protokol Kesehatan
“Lihatlah, ada seorang manusia sedang bertapa di atas sebuah batu.”
“Apa yang menyebabkannya datang ke tempat ini.”
“Aku tidak tahu, yang jelas aku tidak suka keberadaannya disini.”
“Betul sekali, tempat ini rumah peri tak pantas ada manusia di tempat ini.”
“Kalu begitu, sebaiknya kita ganggu dia agar pergi dari hutan ini.”
Hari demi hari ia lalui melakukan pertapaan, meskipun selalu saja diganggu oleh para makhluk tak kasat mata. Namun berkat keteguhan hatinya ia mampu bertahan. Hingga pada akhirnya ia mendapat kebegjen (keberuntungan) ada yang membisikkan di telinganya.
“Akan tiba masanya kau akan menjadi raja besar di tanah Jawa hinga keturunanmu. Tapi ingat, tidak ada yang kekal di dunia ini. Maka akan datang pula bencana alam, pada saat itulah akan berakhir masa kejayaan.”
Baca Juga: Temu Kunci Turunkan Panas Dalam dan Lawan Masuk Angin
Ki Ageng Pemanahan dan Ki Juru Martani yang semula menyusul Danang Sutawijaya hendak memberitahukan pasukan Pajang akan menyerbu, mereka justru dikejutkan dengan cahaya bersinar yang masuk ke dalam tubuh Danang Sutawijaya. Cahaya itu kemudian dikenal dengan nama Lintang Johar. Lintang Johar sendiri diartikan sebagai cahaya Jauhar Awwal Rasulullah atau Nur Muhammad. Ilham tersebut termaktub dalam QS. An-Nuur 35 tentang awal penciptaan segala sesuatu yang lapis-lapis cahaya.
Dalam kepercayaan Jawa, Lintang Johar merupakan perwujudan segala ruh pusar alam semesta. Bahkan ada yang menyebutnya berasal dari sari maruta (angin, udara), bersinar kuning seperti cahaya bulan. Tentulah bukan orang sembarangan yang mendapat Lintang Johar.
Baca Juga: Sutradara Wregas Bhanuteja Bikin Film Panjang Pertama, 'Penyalin Cahaya'
Menyaksikan hal tersebut Ki Ageng Pemanahan dan Ki Juru Martani meyakini bahwa Danang Sutawijaya merupakan orang yang diamanahi oleh Sang Pencipta untuk menjadi raja. Mereka yakin melalui Danang Sutawijaya akan membawa Kerajaan Mataram Islam pada masa kejayaan. Kejadian tersebut pun kemudian terdengar seantero negeri perihal Danang Sutawijaya menerima Lintang Johar.
Pada saat itulah batu yang digunakan untuk bermunajat kemudian dikenal dengan nama Gilang Lipuro. Secara harfiah, nama Gilang Lipuro berasal dari dua kata yakni Gilang dan Lipuro yang berasal dari bahasa Kawi. (Ditulis: Iis Suwartini UAD)