Meski kedua orangtuanya tidak menyetujui, Jum nekat menikah dengan lelaki bertubuh gempal itu.
Hidup berumah tangga dan tinggal berdua di sebuah rumah tua yang katanya milik Embahnya lelaki itu, Jum merasa aneh dan janggal.
Gopel jarang sekali berada di rumah.
Pulang menemui dirinya hanya selapan atau tigapuluhlima hari sekali pada malam Jumat Kliwon sampai dengan keesokan harinya.
Namun begitu Jum tidak pernah marah dan tidak menyesal bersuamikan Gopel.
Dia tetap merasa hepi dan bahagia.
Meski jarang di rumah, namun Gopel adalah suami yang bertanggung jawab.
Kebutuhan sehari- harinya selalu terpenuhi.
Bulan berganti, tahun berlalu.
Tidak terasa usia perkawinan Jum dan Gopel sudah menginjak limapuluh tahun.
Jum merasa bahagia. Berumahtangga dengan Gopel dikaruniai delapan orang anak. Semuanya laki- laki.
Banyak perubahan fisik atas diri Jum. Dia yang dahulu semok dan bahenol, kini semuanya telah berubah.
Kulitnya keriput. Payudara miliknya yang dulu montok, kini kendor, menggantung.
Namun dia merasa aneh dan takjub manakala memandang Gopel.