HARIAN MERAPI – Pertapaan Kembang Lampir Gunung Kidul masih dianggap keramat. Keberadaannya menjadi tempat tirakat bagi yang ingin mencari petunjuk gaib alias wangsit.
Juru kunci mengatakan, Pertapan Kembang Lampir Gunung Kidul bukan tempat turunnya wahyu raja. Namun, tempat untuk menyepi mencari petunjuk gaib atau wangsit.
Dan, di Pertapaan Kembang Lampir Gunung Kidul itu Ki Ageng Pemanahan mendapatkan wangsit telah turunnya wahyu raja.
Baca Juga: Proses pemilihan Rektor UKSW Salatiga berujung laporan pidana dugaan pemalsuan surat ke Polda Jateng
Babad Alas Mentaok menceritakan di Pertapan Kembang Lampir itu Ki Ageng Pemanahan mendapat wangsit dari Kanjeng Sunan Kalijaga.
Wangsit itu meminta Ki Ageng Pemanahan untuk segera datang ke Desa Sodo, tempat kediaman saudara seperguruannya Ki Ageng Giring. Sebab, wahyu raja sudah turun.
Dengan segara Ki Ageng Pemanahan menuju ke Desa Sodo. Lalu, tanpa sengaja dia menemukan sebutir kelapa muda di rumah Ki Ageng Giring.
Karena haus, Ki Ageng Pemanahan langsung meminum air kelapa muda itu. Ternyata, air kelapa muda itu menjadi perantara dari turunnya wahyu raja.
Baca Juga: Saman menolak disebut sebagai pendamping KTH Maitan
Dari latar belakang kisah itu, di kemudian hari Pertapaan Kembang Lampir sering menjadi tempat tirakat mencari pangkat.
Juru kunci, Sekarsari mengatakan tirakat di Kembang Lampir harus dilakukan tujuh kali pada hari yang sama. Kamis malam atau Senin malam.
Syarat wajib berupa kembang telon atau kembang tiga macam, dan lilin dalam jumlah ganjil, sedikitnya tiga batang.
Baca Juga: Kompetisi Liga 2 dan Liga 3 dihentikan imbas Tragedi Kanjuruhan, Arema FC minta maaf
Sementara itu sebagai petilasan bertapa Ki Ageng Pemanahan, Pertapaan Kembang Lampir menjadi tempat penting bagi raja penerus dinasti Mataram Islam.
Sultan HB IX pun membangun petilasan Kembang Lampir itu sebagai pepeling atau peringatan. Bahwa, di tempat itulah dahulu wangsit wahyu raja diperoleh.