Kata Rinto, rumah dukun itu berada di tengah hutan.
Jalan menuju rumahnya hanya jalan setapak yang tidak bisa dilewati kendaraan.
Baca Juga: Misteri Denada dan bisikan Sendang Pengilon 2: Datanglah ke pesta pernikahan meski kamu tak diundang
Kami berjalan kaki menyusuri hutan tanpa berbicara sedikitpun. Rinto komat kamit entah membaca apa.
Semakin masuk ke dalam hutan, keadaan semakin gelap.
Beruntung malam itu bulan purnama, sehingga ada beberapa cahaya yang bisa menyelinap menembus rimbunnya hutan itu.
Sebenarnya aku takut, tapi melihat Rinto yang berjalan dengan mantab dan tak ada rasa takut sama sekali.
Aku berusaha yakin bahwa hutan ini aman.
Sampailah kami di tengah hutan. Kami disambut dua pohon besar yang tumbuh berdekatan.
Di antara pohon terdapat celah yang membentuk lorong.
Kedua pohon ini seperti gerbang masuk ke dunia lain.
“Rumah sang dukun ada di balik pohon itu, kamu siap?” Kata Rinto mengagetkanku.
“Siap, Rin.” jawabku mantab.
“Oke, ikuti aku ya!” lanjut Rinto.