“Mana simbahnya?” tanya ayahnya lagi.
“Itu yah, simbahnya berbibir tebal, kakinya panjang kecil, rambutnya hitam tapi janggutnya putih,” kata anak Pak Udin sambil menunjuk ke atas almari.
Anaknya langsung didekap Pak Udin dan dibawa keluar kamar.
Esoknya seorang tamu Pakdhe Narto datang, lalu masuk ke kamar wingit tersebut.
Setelah itu keluar sambil membawa sebuah pipa atau cangklong yang besar.
Setelah itu bau asap rokok di rumah Pakdhe Narto tidak meruar lagi. (Seperti dikisahkan Sunaryono di Koran Merapi) *