Handayani berusaha membuang ingatan tersebut.
Pada malam itu, ia merasakan hawa dingin yang berbeda dari biasanya.
Semilir angin masuk lewat jendela yang belum Handayani tutup.
Tiba-tiba anaknya menangis. Tangisannya lebih keras kali ini.
Dengan segera, Handayani beranjak dari kursi, menghampiri bayinya.
Betapa terkejutnya Handayani saat sampai di depan pintu kamar.
Sesosok makhluk bertangan panjang hendak meraih anaknya
(penglihatan Handayani tidak begitu jelas karena penerangan masih menggunakan teplok).
Tanpa basa-basi, ia memberanikan diri untuk membawa anaknya keluar sembari berteriak meminta tolong.
Beruntung, wanita yang mengobrol dengannya tempo hari mendengar suara Handayani.
Setelah Handayani menceritakan semuanya, wanita itu berkata, “Gimana, Bu, sekarang percaya?”
Pengalaman ini dialami oleh ibu dari penulis ketika penulis berusia beberapa bulan. (Seperti dikisahkan Muhammad Yusuf Shabran di Koran Merapi) *