HARIAN MERAPI - Cerita atau kisah tentang bocah penggemar wayang kulit.
Ia jadi berani pulang malam setelah ditemani Gatotkaca.
Bagi Saun, bocah laki-laki berusia duabelas tahun cintanya kepada wayang kulit di atas segalanya.
Baca Juga: Gara-gara kencing di sembarang tempat, Yusuf dikejar ular siluman penghuni pojok sekolah
Sampai-sampai, wayang kulit yang adalah benda mati, terbuat dari kulit kerbau, dalam benak dan pikiran Saun adalah tokoh yang benar-benar hidup.
Tokoh wayang idolanya adalah Raden Gatotkaca.
Kapan pun dan dimana pun ada pergelaran wayang kulit, jika lokasinya masih bisa dijangkau dengan sepeda BMXnya, dia pasti menonton.
Seperti malam itu ketika Pak Bahumantiko menggelar pentas wayang kulit untuk memeriahkan syukuran ambal warsanya.
Meski pergi nonton hanya sendirian, Saun tak peduli.
Tempat nonton yang paling dia suka adalah di sisi kiri atau sisi kanan Ki Dalang memainkan wayangnya.
Mungkin karena pergelaran malam itu dilakukan oleh Dalang sepuh, menjelang tengah malam kantuknya tidak tertahankan lagi.
Bolak-balik ke ruang belakang dengan maksud cuci muka untuk mengusir kantuk, tidak membuahkan hasil.
Tetap saja kepala Saun dheklak-dhekluk. Bahkan sesekali kepalanya menatap peti wayang.
Ingin pulang, di tengah malam begini, ciut juga nyalinya. Meminta orang lain untuk mengantar pulang, tidak mungkin.